SURABAYA | ARTIK.ID - Perseteruan antara pihak warga dengan Sekolah Petra di Jalan Manyar Tirtoasri, Surabaya memunculkan penafsiran liar. Pihak warga meluruskan terkait informasi yang menyebut pihak Petra membayar iuran keamanan sebesar Rp 105 juta per bulan untuk RW 4, RW 5 dan RW 7 perumahan tersebut.
Baca Juga: Sengketa Akses Jalan Sekolah Petra, Warga Manyar Tolak Iuran 25 Juta Per Bulan
Baca Juga: Warga Apartemen Bale Hinggil Surabaya Protes Kenaikan Biaya Layanan dan Pemutusan Akses.
Hj. Lulu Lili Aldjufri Hasan, Ketua RW 4, yang akrab disapa Lili, menjelaskan bahwa, mereka tidak mau mempermasalahkan lagi terkait iuran dari Petra, yang penting daerahnya tidak macet, aman dan terhindar dari polusi.
"Kami sudah tidak mau lagi mempermasalahkan iuran dari Petra, apalagi sudah 5 bulan mereka tidak bayar terhitung dari bulan Maret 2024 sampai sekarng, kami butuh daerah kami tidak macet, aman dan terhindar dari polusi udara," kata Lili saat dihubungi wartawan, Jum'at (2/07).
Lili menambahkan, Perlu saya luruskan biar informasinya akurat dan media tidak asal mempelintir berita, bahwa Petra bukan membayar iuran ke 3 RW tersebut dengan nilai total Rp 105 juta, melainkan Petra bersama dengan RW 4, RW 5, RW 7, membayar iuran masing-masing Rp 32 juta dan tahun ini naik sebesar Rp 35 juta.
"Kenaikan iuran keamanan di Kompleks Perumahan Tompotika Surabaya ini, pada awal 2024 pihak RW memang menaikkan iuran dari Rp 32 juta menjadi Rp 35 juta per bulan yang akan dikelola bendahara keamanan untuk kenaikan gaji satpam, sebanyak 40 orang, dan hampir 4 tahun ini tidak pernah naik gaji. Gaji mereka per orang Rp 2,7 juta per bulan dan pihak RW berinisiatif menaikkannya jadi Rp 3 juta agar mendekati UMR," jelasnya.
Berkaitan masalah kenaikan iuran keamanan itu, Sekolah Petra menyebutkan pihaknya tidak pernah dilibatkan, Lili membantahnya.
"Pihak kami sudah memberi tahu ke Petra bahwa akan terjadi kenaikan Rp 35 juta. Dari pemberitahuan tersebut hal ini yang mengawali Petra tidak mau membayar Rp 35 juta. Padahal 3 RW ini tetap membayar Rp 35 juta," ujarnya.
Baca Juga: Pembahasan Pembentukan Rencana Bisnis Yayasan Kas Pembangunan (YKP) oleh Komisi C DPRD Surabaya.
Selain itu Lili juga meluruskan informasi yang dia nilai keliru, dimana Tiktok Cak Ji yang viral disebutkan Petra membayar Rp 32 juta kepada setiap RW di kompleks Perumahan Tompotika per bulan atau dengan total Rp 100 juta lebih. Menurutnya tidak seperti itu.
"Setiap RW dibebani iuran keamanan sebesar Rp 32 juta diantaranya RW IV, RW V dan RW VII masing- masing memasukkan uang iuran keamanan sebesar Rp 32 juta, termasuk Petra juga memasukkan iuran keamanan sebesar Rp. 32 juta. Bukan seolah-olah Petra memberikan uang Rp 32 juta kepada 3 RW. Itu salah informasinya," tegas Lili.
Sementara itu mereka menyayangkan kehadiran Cak Armuji untuk mediasi antara warga dan Petra, bukannya ada solusi namun tetap tidak menemukan solusi yang terbaik.
"Kami sudah tidak mau membahas itu lagi, tapi. Kok kenapa ya kedatangan cak Armuji kemarin itu membahas ini? Kami kan sudah bilang, sudah pak kami sudah enggak mau bahas lagi terkait iuran dari Petra. Berkali kali kami mediasi namun tidak ada kesepakatan yang terbaik. Warga kepingin jalan diwilayahnya tidak macet, tidak ada sampah, polusi apalagi bau pesing kencing sopir- sopir yang mengantar anak sekolah," tandasnya.
Baca Juga: Fraksi partai Gerindra DPRD kota Surabaya :Dukung Ekonomi Kreatif tingkatkan daya saing masyarakat.
Selain itu pihak RW Merasa Dipojokkan. Konflik ini berlanjut dengan mediasi di DPRD Surabaya. Petra melaporkan masalah itu ke Komisi C DPRD Surabaya dan pihak RW dipanggil dalam rapat dengar pendapat. Dia mengaku saat pertemuan di Komisi C justru perwakilan warga merasa dipojokkan dan didesak oleh DPRD.
Ditempat terpisah, sejumlah warga juga protes, terkait kemacetan di kawasan jalan keluar masuk menuju kompleks Perumahan Tompotika Surabaya. Warga merasa kedatangan dan kepulangan siswa membuat kemacetan di Jalan Manyar Tirtomoyo.
"Kami selaku warga di kompleks Perumahan Tompotika, resah karena setiap hari jalan macet total, ulah kendaraan antar jemput anak sekolah Petra yang asal parkir dan menurunkan anak sekolah, kami juga khawatir ketika terjadi kebakaran, atau ada warga yang membutuhkan pertolongan menuju rumah sakit, sementara akses jalan macet, itu sangat meresahkan dan membahayakan bagi kami selaku warga di kompleks Perumahan Tompotika," protes warga. (*)
Editor : Fudai