BANYUWANGI | ARTIK.ID – Kualitas beras organik Banyuwangi kian diminati pasar nasional. Permintaan yang cukup tinggi, membuat beras organik Banyuwangi kini tersedia di 18.000 supermarket se-Indonesia.
Sejak beberapa tahun terakhir, Banyuwangi terus mendorong petani menerapkan sistem pertanian terintegrasi dengan budidaya secara organik.
Baca juga: Banyuwangi Batik Festival 2024 Sukses Tampilkan Potensi Batik di Kancah Nasional
Lahan-lahan pertanian di desa-desa Banyuwangi, seperti Sumberwaru, Segobang, Parijatah, dan desa-desa lannya telah beralih ke budidaya beras organik.
Baca Juga:
- Festival Padhang Ulanan, Ipuk Fiestiandani Sebut sebagai Sarana Edukasi dan Investasi Budaya
- Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Lepas 1.238 Jamaah Haji ke Tanah Suci
- Ambassador Goes to Kampung KB Kunker ke Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Akui Banyak Mendapat Insight
- Sekjen Kemenkes Kunker ke Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Sebut Pemkab akan Terus Berinovasi
- Banyuwangi Fishing Festival, Ipuk Fiestiandani Sebut Banyak Titik Fishing Ground di Banyuwangi
- Bunga Desa di Banyuanyar, Ipuk Fiestiandani Fokus Kembangkan Kopi Khas Kalibaru
Beras organik yang diproduksi adalah Beras Merah varietas A3 Segobang, Beras Hitam Melik Parijatah, Beras Coklat, dan Beras Putih Berlian.
Varietas-varietas itu telah didaftarkan sebagai padi asli Banyuwangi oleh Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi di Kementerian Pertanian. Dan telah mendapatkan sertifikat organik dari lembaga terkait.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengunjungi lahan pertanian organik di Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh saat program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di tersebut, mengapresiasi apa yang dilakukan para petani.
"Telah terbukti, yang organik kini sangat diminati. Secara ekonomi juga lebih menjanjikan. Karena itu kami terus mendorong para petani menerapkan sistem pertanian terintegrasi," kata Ipuk.
Salah satu pengusaha beras organik Banyuwangi, Ahmed Tessario. Dia mengatakan awalnya menggandeng 16 petani untuk menggarap lahan seluas 1,6 hektare. Seiring dengan perkembangan dan permintaan pasar organik yang tinggi, petani yang menjadi mitranya saat ini menjadi 1.500 orang.
Baca juga: Ipuk Fiestiandani Fasilitasi Lulusan SMK Banyuwangi Berwirausaha dengan Bantuan Alat Usaha
Luas tanam juga terus bertambah. Dari yang awalnya 1,6 hektare kini menjadi 500 Ha. Dari luas lahan 500 Ha itu, Ahmed mengaku mampu memproduksi beras organik sebanyak 70-100 ton per bulan. Selain dipasarkan melalui distributor ke pasar-pasar modern, Ahmed juga menjual beras organiknya melalui marketplace dan reseller.
“Alhamdulillah permintaan selalu ada. Setiap 3 hari sekali, kami kirim 8-10 ton kepada distributor. Itu belum termasuk permintaan dari reseller dan konsumen dari marketplace,” kata Ahmed.
"Permintaan hampir di seluruh provinsi. Seperti Jawa Timur, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Papua," kata Direktur Utama PT Sirtanio Organik Indonesia itu.
Ahmed menceritakan, dirinya mulai mengembangkan padi organik mengikuti jejak sang paman, Samanhudi, yang lebih dulu terjun ke pertanian organik.
“Awalnya saya diajak untuk membantu paman. Lama-lama saya tertarik dan akhirnya ikut terjun ke pertanian organik. Saya ingin membantu petani untuk mendapatkan harga gabah yang bagus,” ujar Ahmed.
Baca juga: Banyuwangi Festival 2024, Ipuk Fiestiandani Sebut Barong Kumbo sebagai Wadah Berkreasi
Upayanya bertahun-tahun mengkonversi lahan pertanian non-organik menjadi organik membuahkan hasil. Pada tahun 2019, beras organik produksi PT Sirtanio Organik Indonesia mulai diekspor ke Italia dan Afrika Selatan.
Ekspor beras organiknya terpaksa dihentikan karena pandemi Covid-19. Negara tujuan ekspor mengalami krisis ekonomi. Regulasi juga semakin ketat.
“Sejak saat itu, kami putuskan untuk fokus pada pasar domestik. Alhamdulillah saat pandemi penjualan domestik justru meningkat karena kesadaran masyarakat untuk menjaga imunitas tubuh semakin tinggi,” ungkapnya.
Untuk beras merah per kilogramnya dibanderol Rp. 31.000, beras putih Rp. 27.000, beras coklat Rp. 26.500, beras hitam pekat Rp. 35.000, dan beras hitam Melik Rp.45.000. (red)
Editor : Fudai