Sembako Naik, Pemerintah Dinilai Lambat dalam Distribusi Logistik Bahan Pokok

JAKARTA | ARTIK.ID - Memasuki masa kampanye Pilpres dan Pileg, yang berdekatan dengan libur Hari Raya Natal dan Tahun Baru, sejumlah harga komoditas bahan pokok (bapok) di pasar mengalami kenaikan. 

Kenaikan sejumlah harga bahan pokok itu dipicu kemarau panjang yang melanda beberapa daerah beberapa bulan terakhir, akibatnya produktivitas pertanian mengalami penurunan.

Baca Juga: FAO Latih Istri Nelayan Banyuwangi Perkuat Keterlibatan Rantai Perikanan

Menanggapi adanya gejolak harga bahan pokok, khususnya bagi pedagang pasar tradisional, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mendesak kepada pemerintah agar berperan aktif dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok hingga akhir tahun.

Sekretaris Jenderal IKAPPI Reynaldi Sarijowan, Kamis (30/11), mengaku bahwa ada tren kenaikan harga sebelum lonjakan permintaan pasar yang tinggi. Padahal, tingginya permintaan itu biasanya terjadi satu pekan atau tujuh hari sebelum Natal atau sepekan sebelum Tahun Baru. Namun faktanya saat ini sejumlah komoditas bahan pokok sudah mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Menurut dia, sejumlah komoditas pangan yang kritis dan ketersediaannya dinilai masuk emergency adalah ayam, cabe gula pasir, dan bawang. Komoditas bahan pokok tersebut diharapkan agar mendapatkan perhatian dari pemerintah. Di antaranya melakukan percepatan pendistribusian ke pasar-pasar.

“Dengan percepatan pendistribusian itu diharapkan terjadi pemerataan, jangan sampai masyarakat yang belanja ke pasar namun stoknya terbatas. Kami harapkan komoditas bahan pokok bisa melimpah di pasar. Untuk IKAPPI meminta pemerintah agar diberikan akses dalam proses percepatan distribusi tersebut,” ujarnya.

Terkait dengan adanya permintaan kebutuhan bahan pokok dari caleg maupun politisi,  Reynaldi memastikan bahwa tidak ada perlakuan khusus ataupun memberikan harga di bawah pasaran, meski ada permintaan bahan pokok dalam jumlah besar.

“Yang jelas, kami lebih memprioritaskan bagi masyarakat maupun konsumen tradisional. bagi kami saat ini bagaimana pasokan bahan pokok di pasar dapat terpenuhi dengan baik terlebih sebentar lagi akan menghadapi libur Natal dan Tahun Baru,” jelasnya.

Reynaldi menjelaskan, yang harus menjadi perhatian pemerintah saat ini adalah  bagaimana mengurai persoalan yang ada di hulu (produsen) kemudian di tengah ada middleman (distributor) dan di hilir (pedagang).

“Pemerintah harus hadir di tengah-tengah para pedagang dan memastikan ketersedian dan harga agar tidak terjadi kelangkaan, dan ini yang kami khawatirkan. Karena jelang libur Nataru ada permintaan yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Selanjutnya, pemerintah harus memastikan agar tidak ada oknum yang berusaha memainkan harga,” tegas Reynaldi.

Oleh karenanya, IKAPPI mendukung penuh upaya Satgas Pangan Polri dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok jelang libur Nataru.

“Dalam kajian ini, kami telah bekerjasama dengan Satgas Pangan Polri, dan lembaga-lembaga terkait untuk memastikan agar ketersediaan bahan pokok dan stabilitas harga terjaga dengan baik. Sehingga dalam menghadapi Libur nataru maupun meningkatnya permintaan dari bahan pokok di masa kampanye ini dapat dirasakan oleh para pedagang pasar,” ucapnya.

Baca Juga: IJTI Tapal Kuda dan Pemkab Jember Latih Masyarakat Jadi Citizen Journalist

Seperti diketahui, saat ini harga beras medium mencapai Rp13.000 per kg, kemudian premium Rp16.000 per kg dari sebelumnya Rp13.000 per kg. Sedangkan untuk cabe merah keriting dari Rp50.000 per kg. Namun saat ini sudah tembus di angka Rp85.000 per kg.

Sementara itu, diakuinya, untuk harga cabe rawit merah mengalami penurunan, saat ini di harga Rp105.000 per kg. Menurut dia, meksi mengalami penurunan, harga tersebut masih terbilang masih cukup tinggi, walaupun satu pekan sebelumnya mencapai Rp120.000 per kg. Adapun untuk harga cabe rawit biasa Rp81.000 per kg hingga Rp82.000 per kg.

Sedangkan untuk bawang merah Rp34.000 hingga Rp35.000 per kg, bawang putih harga Rp40.000 per kg. Untuk harga telur mencapai Rp 28.000 per kg. Harga tersebut dinilai masih stabil, sementara gula pasir Rp15.000 per kg, padahal sebelumnya  tembus di harga Rp18.000 per kg.

"Dari rentetan harga ini, kami berkaca di penghujung tahun 2021 ada 5 komoditas yang terbang bebas harganya. Di penghujung 2022 ada 7 komoditas yang terjun bebas, dan diharapkan di tahun ini bukan 7 atau 5 malah kami berharap tidak ada lagi," tukasnya.

*Beras Penyumbang Inflasi Tertinggi*

Dalam kurun waktu beberapa waktu belakangan, beras menjadi komoditas yang menyumbang angka inflasi tertinggi pada 2023.

"Perkiraan saya di November ini beras akan kembali lagi menjadi penyumbang yang luas, jika itu terjadi berarti 4 bulan berturut-turut beras menjadi penyumbang inflasi terbesar untuk harga pangan," kata Pengamat Ekonomi Khudori, di Jakarta.

Khudori menjelaskan, kenaikan harga beras bukan tanpa alasan, sebeb iklim pada daerah sentra padi khususnya akan mengalami kenaikan intensitas hujan di berapa wilayah. Hal ini tentunya berpengaruh pada panen padi yang biasanya dimulai pada Oktober.

Situasi itu kata Khudori, berdampak pada pola tanam serentak yang biasanya itu dimulai Oktober baru dimulai akhir bulan November atau awal Desember.

"Artinya mundur dua bulan. Jadi kalau tanamnya mundur 2 bulan musim panennya juga akan mundur 2 bulan, dan pacekliknya pun bertambah selama 2 bulan juga," pungkas Khudori.

(red)

Editor : Fuart