Pakar Bahasa Unair, Soroti Bulan Bahasa sebagai Bentuk Penghormatan

Pakar Bahasa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Dra Ni Wayan Sartini MHum
Pakar Bahasa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Dra Ni Wayan Sartini MHum

SURABAYA | ARTIK.ID - Bulan Bahasa yang diperingati setiap Oktober mengingatkan kita akan peristiwa Sumpah Pemuda.

Pada saat itu, para pemuda yang mewakili seluruh rakyat Indonesia menyatakan kesepakatan untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai lambang identitas di tengah keberagaman masyarakat.

Baca Juga: Dorong Pembangunan Daerah, Unair Kirim 647 Mahasiswa KKN ke Banyuwangi

Menyikapi hal itu, Pakar Bahasa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Dra Ni Wayan Sartini MHum mengatakan bahwa Bulan Bahasa bukan hanya sekedar perayaan.

Ia menekankan bahwa ada satu makna penting yang seharusnya dimiliki oleh masyarakat Indonesia.

“Maknanya adalah bagaimana kita menilai, mengevaluasi, dan mempertimbangkan kembali seberapa jauh perkembangan bahasa kita. Upaya-upaya apa yang sudah kita lakukan untuk mengembangkan, melestarikan, menjaga, dan juga menghormati bahasa kita,” jelasnya, Senin(16/10/2023).

Menurut Dosen Fakultas Ilmu Budaya tersebut, peringatan Bulan Bahasa harus diisi dengan kegiatan bermutu.

Baca Juga: Delegasi FPsi Unair Ikuti Program Pertukaran Mahasiswa di Asia University Taiwan

Maksudnya, kegiatan tersebut dapat membuat masyarakat dapat mengevaluasi kembali bahasa Indonesia sebagai identitasnya.

“Itu bisa dilakukan dengan kegiatan-kegiatan, yang artinya kita memiliki satu perhatian terhadap bahasa kita,” katanya.

Sebagai contoh, ia lalu menyebut beberapa kegiatan seperti seminar, lomba, diskusi, dan usaha-usaha lain untuk meningkatkan kompetensi kebahasaan.

Baca Juga: Lewat Beasiswa LPDP, Putri Nabilah Kejar Impian ke Negeri Belanda

Kegiatan tersebut akan memberikan penghormatan kepada bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa dan cerminan budayanya.

“Dengan kegiatan itu artinya kita memiliki satu perhatian terhadap bahasa kita. Bahasa itu kan cermin budaya, kalau kita tidak mempertimbangkan bahasa kita terus siapa lagi yang mempertimbangkan,” pungkasnya.

(ara)

Editor : Fuart