JAKARTA | ARTIK.ID - Yenny Wahid, putri dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, menjadi salah satu kandidat cawapres yang diusulkan untuk mendampingi Anies Baswedan di Pilpres 2024. Yenny Wahid dinilai memiliki latar belakang yang kuat sebagai kader Nahdlatul Ulama (NU) dan aktivis demokrasi. Selain itu, Yenny Wahid juga memiliki pengalaman dan jaringan internasional yang luas.
Yenny Wahid lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 19 Juni 1974. Dia menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Harvard. Dia pernah menjadi staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bidang komunikasi politik pada 2006. Dia juga pernah menjadi sekretaris jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada 2007-2010.
Baca Juga: Nasdem Yakin, Hengkangnya Demokrat dari Koalisi Tak Berpengaruh
Yenny Wahid saat ini menjabat sebagai direktur eksekutif The Wahid Institute, sebuah lembaga yang berfokus pada isu-isu demokrasi, multikulturalisme, dan toleransi antarumat beragama. Dia juga aktif sebagai ketua Muslimat NU bidang hubungan luar negeri dan anggota Dewan Pakar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Yenny Wahid dianggap sebagai sosok yang bisa mewakili suara NU dan perempuan dalam kontestasi Pilpres 2024. Dia juga diharapkan bisa menjadi penerus dari basis nasionalisme religius Indonesia yang dibawa oleh Gus Dur dan Anies Baswedan.
Namun apakah Yenny Wahid siap menuju panggung nasional? berikut jawaban yeni dilansir dari republika.
Yenny Wahid buka suara terkait kabar bahwa ia disebut sebagai salah satu nama calon wakil presiden (cawapres), yang dipertimbangkan untuk bersanding dengan Anies Baswedan oleh ketua DPP Partai Nasdem Effendy Choirie atau Gus Choi.
"Duh enak lagi, kemarin Pak Ganjar, sekarang Pak Anies, ya masyaallah," kata Yenny, Senin (16/1/2023).
Yenny mengatakan, hal tersebut adalah urusan di internal Partai Nasdem. Ia mengatakan, dirinya masih akan fokus pada tugas yang diberikan kepada oleh Nahdlatul Ulama sebagai ketua pelaksana harlah yang berlangsung di kota Solo.
"Nah itu kan urusan internal Nasdem. Saya harus fokus kepada amanah yang diberikan kepada saya jadi ketua Oce satu abad NU ini harus sukses dulu, jadi yang lain-lain itu sampingan ajalah. Tentu mengapresiasi Nasdem, tetapi itu dibahas di internal Nasdem saja," katanya.
Yenny menjelaskan, untuk menggaet dirinya sebagai cawapres dari sisi NU itu mekanismenya sudah jelas. Yakni dengan sholat istikharah dan pendapat kyai.
"Bingung Kabeh nyalonke Kono, nyalonke kene nanti kalau NU tu selalu mekanismenya gampang, istikharah dan nanya pendapat kyai," katanya.
Yenny menjelaskan, mekanisme tersebut selalu ia terapkan. Ia mengatakan, akan menanyakan hal tersebut kepada sembilan kyai.
"Mekanisme itu selalu saya terapkan jadi secara rasional. Tentu akan saya olah, tetapi secara suara langit kira-kira begitu ya secara dalil naqli dan aqli. Jadi nanti ada sembilan kyai yang saya tanya dulu dan gongnya ibu saya pastinya. Siapa yang direstui beliau kita harus dukung siapa begitu," katanya.
Sebelumnya, Gus Choi menyebut untuk Anies salah satu usulan adalah dengan sosok yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU). Sejumlah nama bahkan disebutnya, seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Jawa Tengan Taj Yasin Maimoen, hingga Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid.
Baca Juga: Ganjar Pranowo ke Unitomo Surabaya, Berbagi Gagasan Menuju Indonesia Emas 2045
"Kalau obrolan-obrolan di pengurus Nasdem, level-level bawah, level menengah, sampai level atas ya intinya, antara lain ya dari lingkungan NU. Nah kader-kader NU itu ya, yang masih netral belum berpolitik praktis," ujar Gus Choi kepada wartawan, Kamis (12/1/2023).
Tokoh-tokoh NU tersebut dinilainya belum masuk ke dalam ranah politik praktis, karena bukan merupakan kader partai. Tak seperti Abdul Muhaimin Iskandar yang merupakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang sudah digandeng berkoalisi dengan Partai Gerindra.
"Belum (diusulkan ke Anies), tapi nama-nama yang mungkin pantas untuk dipertimbangkan untuk jadi cawapres Anies dari kalangan NU," ujar Gus Choi.
Lantas apa alasan Yenny Wahid dianggap cocok mendampingi Anies Baswedan? Berikut beberapa faktor yang mendukungnya:
1. Latar belakang Nahdliyin
Yenny Wahid merupakan kader Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki basis massa yang luas. Yenny Wahid juga pernah menjabat sebagai Ketua Muslimat NU Bidang Hubungan Luar Negeri dan Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai politik yang berasaskan NU. Dengan demikian, Yenny Wahid bisa menarik suara pemilih NU yang sebagian besar berada di Jawa Timur, provinsi asalnya.
2. Relasi internasional yang kuat
Baca Juga: Ganjar Tinggalkan Jateng Menuju Istana Jakarta, Ini Kata Adi Sutarwijono
Yenny Wahid memiliki pendidikan tinggi di bidang hubungan internasional. Ia lulus dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, dengan gelar Master of Public Administration. Ia juga pernah menjadi Staf Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Bidang Komunikasi Politik pada tahun 2006. Selain itu, ia juga memimpin The Wahid Institute, lembaga yang berfokus pada isu-isu demokrasi, multikulturalisme, dan toleransi antarkaum muslim di Indonesia maupun dunia. Dengan pengalaman dan jaringan yang dimilikinya, Yenny Wahid bisa membantu Anies Baswedan dalam menjalin kerjasama dengan negara-negara lain.
3. Representasi perempuan
Yenny Wahid merupakan salah satu sosok perempuan yang berpengaruh di dunia politik Indonesia. Ia sering menjadi pembicara di berbagai forum nasional maupun internasional tentang isu-isu kebangsaan, keagamaan, dan gender. Ia juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan kemanusiaan, seperti Gerakan Indonesia Mengajar dan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Dengan menjadi cawapres Anies Baswedan, Yenny Wahid bisa memberikan representasi perempuan dalam pemerintahan dan menginspirasi perempuan-perempuan lain untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa.
4. Penerus nasionalisme religius
Yenny Wahid merupakan cucu dari KH Wahid Hasyim, salah satu pahlawan nasional dan pendiri NU. Ia juga merupakan putri dari Gus Dur, presiden keempat Indonesia yang dikenal sebagai tokoh nasionalis dan pluralis. Dengan latar belakang keluarga yang kuat dalam memperjuangkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, Yenny Wahid bisa menjadi penerus dari tradisi nasionalisme religius yang dibawa oleh kakek dan ayahnya. Hal ini sejalan dengan visi Anies Baswedan yang ingin membangun Indonesia yang maju, adil, dan beradab.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Yenny Wahid memiliki potensi besar untuk menjadi cawapres pendamping Anies Baswedan di Pilpres 2024. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan Anies Baswedan sebagai capres utama dari KPP. Apakah Anies Baswedan akan memilih Yenny Wahid sebagai pasangannya? Kita tunggu saja pengumumannya dalam waktu dekat.
(diy)
Editor : Fuart