Suku Osing Banyuwangi Gelar Tradisi Ithuk-ithukan Sebagai Wujud Rasa Syukur

avatar Artik

BANYUWANGI | ARTIK.ID - Masyarakat suku Osing Banyuwangi memiliki tradisi unik yang disebut Ithuk-ithukan. Tradisi ini merupakan bentuk ucapan terima kasih kepada Tuhan atas karunia sumber mata air yang melimpah di dusun mereka.

Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 12 Dzulqaidah menurut kalender Hijriyah.

Baca Juga: Meregister Tiga Warisan Dokumenter Indonesia dalam Daftar Regional MOWCAP

Pada hari itu, puluhan warga Dusun Rejopuro, Desa Kampunganyar, Kecamatan Glagah berpakaian adat suku Osing dan membawa ithuk serta baskom berisi makanan sederhana.

Ithuk adalah sejenis alas makan yang terbuat dari daun pisang. Makanan yang dibawa biasanya berupa ingkung ayam bakar dan lauk pauk lainnya.

Warga kemudian berarak menuju Sumber Hajar, yaitu sumber mata air utama di dusun tersebut.

Di sana, mereka berdoa bersama dan membagi-bagikan makanan kepada semua orang yang hadir.

Tujuannya adalah agar tidak ada warga yang kelaparan dan semua bisa menikmati hidangan bersama-sama.

Tradisi Ithuk-ithukan sudah ada sejak zaman Kerajaan Blambangan, leluhur dari suku Osing. Suku Osing sendiri adalah hasil perkawinan campuran antara etnis Jawa dan Bali yang terjadi sekitar abad 16 Masehi.

Suku Osing menempati beberapa wilayah di Banyuwangi, khususnya bagian tengah dan timur.

Baca Juga: Suku Osing Banyuwangi Punya Tradisi Unik Jelang Idul Adha, Namanya Mepe Kasur

Sumber Hajar sangat penting bagi kehidupan warga Rejopuro. Sumber mata air ini tidak pernah kering dan selalu mengalirkan air yang jernih dan segar.

Warga memanfaatkan air ini untuk berbagai keperluan, seperti mandi, cuci, minum, masak, dan mengairi sawah.

Dengan menggelar tradisi Ithuk-ithukan, warga suku Osing ingin menjaga kebersamaan dan keharmonisan antara sesama. Mereka juga ingin melestarikan budaya leluhur mereka yang kaya dan unik.

Tetua Adat Dusun Rejopuro Sarino mengatakan, tradisi Ithuk-ithukan digelar setiap 12 Dzulqaidah dalam kalender Islam.

Baca Juga: Suku Osing Banyuwangi Punya Tradisi Unik Jelang Idul Adha, Namanya Mepe Kasur

"Banyaknya ithuk (alas daun pisang) yang disajikan menandakan bahwa semua warga harus kebagian makanan, jangan sampai ada masyarakat yang kelaparan," katanya, Kamis (1/6/2023).

Sarino menyebut, Sumber Hajar merupakan mata air yang penting bagi mereka, sumber itu menyimpan air yang melimpah.

"Berkat sumber air itu pula, hidup kami di sini terasa nikmat. Warga menjadi dekat satu sama lain," pungkasnya.

(ara)

Editor : Fuart