Won dan Rupiah Menjadi yang Paling Pecundang Minggu Ini

avatar Artik

SURABAYA - Won Korea Selatan dan rupiah Indonesia adalah benar-benar tertindas di antara sebagian besar mata uang Asia yang terpuruk pada hari Jumat, karena dolar menguat menjelang data inflasi AS yang dapat menyelesaikan jalannya suku bunga.

Won terdepresiasi 0,4% untuk menandai penurunan intraday terburuk dalam sebulan, tetapi berada di jalur untuk menguat moderat selama seminggu karena keuntungan yang dicatat sebelumnya. Sedangkan Rupiah kehilangan 0,2%.

Indeks dolar AS bergerak lebih tinggi ke 96,26, dalam tujuh minggu berturut-turut menjelang data inflasi, di mana kejutan kenaikan apa pun kemungkinan akan ditafsirkan sebagai kasus untuk penurunan Federal Reserve yang lebih cepat dan kenaikan suku bunga yang lebih cepat.

"Pejabat Fed telah mengisyaratkan dengan kuat bahwa mereka dapat mempercepat laju pembelian aset dan mungkin memajukan waktu 'angkat' dalam hal kenaikan suku bunga," kata analis di Mizuho Bank dalam sebuah catatan.

Mata uang negara berkembang, yang menguat terhadap dolar AS awal pekan ini, dapat berada di bawah tekanan karena pasar fokus pada data inflasi dan berita seputar varian virus corona Omicron, tambah para analis.

"Sebagian besar mata uang Asia, dengan pengecualian yuan China dan dolar Singapura, telah bertahan kuat terhadap greenback dalam beberapa minggu terakhir dengan latar belakang perkembangan baru mengenai COVID-19," kata analis di bank Australia Westpac.

"Ketahanan ini sangat mengesankan mengingat pergeseran sentimen yang dibawa oleh Delta dan Omicron, memberi kami keyakinan kuat dalam peluang pertumbuhan ke depan untuk Asia, dan bahwa tren naik struktural untuk Asia FX akan terlihat, setidaknya hingga akhir tahun 2023," imbuhnya.

Di antara mata uang regional, ringgit Malaysia dan dolar Singapura masing-masing melemah sekitar 0,2%, sementara yuan China terapresiasi 0,2% setelah tergelincir tajam dari level tertinggi 3-1/2-tahun menjadi 6,37 per dolar di sesi sebelumnya.

Analis Westpac memperkirakan yuan akan bertahan di dekat level saat ini hingga Juni 2022, dan kemudian terapresiasi menjadi 6,25 per dolar pada akhir tahun depan dan 6,10 pada akhir 2023.

Di pasar ekuitas, Indonesia (JKSE), Filipina (PSI), KOSPI Korea Selatan (KS11) turun antara 0,3% dan 0,7% pada hari Jumat. Saham Singapura (STI) kehilangan 0,4% karena negara kota tersebut melaporkan kasus Omicron pertama yang ditularkan secara lokal. (ara)

Baca Juga: Tiga Pemuda Dibekuk Polisi saat Jual Beli Sabu di SPBU Pagelaran

Editor : Fudai