Terkait Wacana Pembubaran Densus 88, Mantan Teroris Angkat Bicara

avatar Artik

SURABAYA - Terkait wacana pembubaran Densus 88 yang dilontarkan oleh Fadli Zon beberapa waktu lalu, mantan Narapida Teroris (Napiter), Syahrul Munif yang sekaligus Ketua Yayasan Fajar Ikhwan Sejahtera menyampaikan pihaknya merasa terganggu dengan wacana tersebut. 

Hal itu disampaikan pada reporter artik.id saat ditemui di kafe Garasi Surabaya, Kamis (21/10/2021) 

Baca Juga: Penemuan TNT dan Senpi di Bandung, Densus 88: Tak Terkait Aksi Terorisme

"Saya tidak sepakat dengan narasi yang dibangun terkait pembubaran Densus 88, sebab secara kelembagaan undang-undang sudah ada peraturan, SOPnya sudah jelas, apalagi keberadaan Densus 88 sudah terbukti efektif dalam menangani aksi teror di Indonesia," ujar Syahrul. 

ISyahrul menambahkan bahwa selama ini Densus 88 sudah banyak membantu para napiter, utamanya dalam menyadarkan dan memberi pendampingan saat kembali ke Masyarakat. 

Wawancara eksklusif mantan teroris di kafe Garasi Surabaya. 

Baca Juga: Densus 88, Tangkap 4 Tersangka Teroris di Batam, Kepulauan Riau

"Saat kami di dalam (masih dalam binaan) banyak pendekatan secara humanis, kita sering ajak ketemu, ngobrol, dan dipenjemin buku, diisitulah kami mulai membuka diri dan cakrawala berpikir." tambahnya

Tidak hanya itu, ia melanjutkan Densus juga melakukan pendampingan kepada Napiter paaca mereka keluar dari binaan. Salah satunya adalah suport Densus soal perizinan atau legalitas, misalkan KTP, SIM dan segala macam perizinan. 

"Densus bantu menyuport bahkan banyak dari teman teman juga disupport secara ekonomi, untuk melakukan kewirausahaan pribadi keluarganya. Juga disupport bantuan pendidikan untuk anak mantan Napiter, dan semua itu sangat terasa sekali bagi kami." ungkapnya. 

Baca Juga: Terlibat Teroris Jl, Densus 88 Ringkus 14 Tersangka

Ia mengaku, ketika kembali kepada masyarakat sangat berat. Pasalnya, stigma mereka sebagai mantan Napiter itu negatif, namun, Densus tetap sabar mendampingi agar kami menjadi manusia yang bisa memperbaiki kesalahan masa lalu. (roy) 

 

Editor : Fudai