JAKARTA - Sikap Indonesia untuk memperkuat militernya di Natuna, tidak lepas dari arogansi China yang mengklaim Laut China Selatan bagian wilayahnya.
Tidak tanggung agresivitas China untuk mencaplok wilayah tersebut, telah menyerempet ZEE Indonesia di Natuna dan menjadi sebuah ancaman. Walau sejauh ini, gerakan mereka hanya mengerahkan coast guardnya saja untuk mengganggu Natuna.
Baca Juga: Bagai Teroris, Pesawat Tak Berawak Pasukan Ukraina Serang Fasilitas Sipil di Wilayah Rusia
Namun, beda halnya bila China mengerahkan kapal perangnya di Natuna, Indonesia pastinya tidak bakal diam. Indonesia akan menyikapinya serius.
Coast guard China, baru-baru ini telah melakukan manuver di pengeboran blok Natuna Singa Laut-2, tepatnya pada 27 Agustus 2021, kapal coast guard China yakni Zhaoduan class menerobos landasan kontinen Natuna, melewati pengeboran minyak lepas pantai milik Rusia dan Indonesia yakni Harbour Energy, Zarubezhneft.
Mengetahui ada kapal China menganggu aktivitas pengeboran itu, sebuah media berbahasa ingris. Energyvoice menggambarkan Rusia keberatan dan meradang.
"Kapal China ikut campur urusan pengeboran Harbour Energy yang tengah dilakukan di blok Tuna, laut Natuna lepas pantai Indonesia," tulis laporan laporan itu, dikutip dari ZonaJakarta.
"Pengeboran ini didanai oleh Zarubezhneft yang didukung negara Rusia, insiden seperti ini menggarisbawahi fakta bahwa kepentingan energi Moskow di Natuna terancam oleh kegiatan China," tegas Rusia.
Kendati begitu, mungkinkah China dan Rusia bakal bersitegang lantaran Natura? Akun instagram instastory@forummp, Jumat 3 September 2021, justeru menyebut Rusia malah akan berpartner dengan China bila Natuna sudah berhasil direbut dari Indonesia.
"Terkait aksi China Coast Guard di Offshore Field Rusia di Natuna, posisi Rusia 50-50 di Laut China Selatan," tulis @forummp.
Baca Juga: Pasok Komponen Drone Shahed, Perusahaan Indonesia, Surabaya Hobby CV Kena Sanksi AS
"Mengutip dari kabel-kabel diplomatika, apabila Natuna dikuasai China bisa saja Rusia ber partner dengan China," tambahnya.
Walau sebenarnya, akun tersebut menegaskan akan komitmen Rusia untuk tetap membantu mengamankan Natuna, bila kawasan tersebut masih dibawah kendali Indonesia.
Dengan begitu, kemungkinan bantuan dari Rusia itu membuat proses pengadaan alutsista dari Rusia bisa ditindaklanjuti.
"Tapi kalau Natuna masih dibawah Indonesia, Rusia masih bisa membantu tapi dengan catatan hanya mengamankan lokasinya saja," jelas @forummp.
Baca Juga: Panglima Ukraina Menentang Pengerahan Warga Perempuan Jadi Tentara Melawan Rusia
"Hal ini membuka kemungkinan adanyaa tindaklanjut pembelian alutsista dari Rusia, sejak MoU pembelian itu masih ada," papar @forummp.
"Tetapi Eropa minta semuanya aman dalam artian Rusia juga aman di wilayah Natuna, sehingga posisi Indonesia diuntungkan karena kita juga menunggu barang-barang hibah berupa kapal patroli Ocean Going," tambahnya.
Sementara Australia sendiri, sedang mempertimbangkan mengibahkan kapal patroli ke Indonesia sebagai alat untuk memulihkan pengamanan Natuna. Sehingga ini mempertegas, jika posisi Indonesia di Natuna, hanya terancam oleh agresivitas China belaka.
"Australia juga mempertimbangkan pemberian hibah kapal patroli untuk penjaga pantai ke Indonesia, serta Singapura tengah mengupayakan hibah SAR-21 dalam jumlah yang lumayan banyak," tulis @forummp. (Zjak/roy)
Editor : Fudai