Jawa Tengah, ARTIK.ID - Aliansi Mahasiswa Nusantara (AMAN) Korwil Jawa Tengah berefleksi terhadap pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden Soeharto, Wafiq Akbar Hasibuan Sekjen AMAN Jawa Tengah menegaskan bahwa “Gelar Pahlawan Soeharto relevan dengan kontribusi pada Pembangunan Indonesia”.
Para mahasiswa dari berbagai Universitas melaksanakan ziarah khusus ke Makam Presiden kedua Republik Indonesia, H.M. Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar.
Baca Juga: Dari RPH Surabaya, Fajar Kobarkan Semangat Juang 10 November di era Modern
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk apresiasi sekaligus respons akademik atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional yang diberikan pemerintah kepada Presiden Soeharto. Kehadiran mahasiswa dalam kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran sejarah yang langsung bersentuhan dengan simbol kepemimpinan nasional.
Setibanya di lokasi, peserta disambut langsung oleh Pak Sukirno yang merupakan Abdi Dalam dari Astana Giri Bangun. Para mahasiswa disambut baik dan dipersilahkan untuk masuk ke dalam area Pemakaman Presiden Soeharto dan Ibu Tien.
Kegiatan didalam mencakup pembacaan doa, tabur bunga, serta sesi hening cipta untuk mengenang perjalanan panjang Soeharto dalam memimpin bangsa selama lebih dari tiga dekade.
Kegiatan prosesi tabur bunga ini tidak hanya menjadi ritual penghormatan, tetapi juga sarana pembelajaran historis bagi para mahasiswa. Melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat memahami nilai-nilai penghargaan terhadap tokoh bangsa sekaligus menumbuhkan kesadaran untuk melihat warisan sejarah pemimpin pendahulu kita.
Baca Juga: Hari Pahlawan, Banyuwangi Gelar Upacara Tabur Bunga dari KAL Rajegwesi II di Selat Bali
Dengan pendekatan reflektif tersebut, kegiatan tabur bunga memberikan ruang bagi generasi muda untuk merenungkan kembali perjalanan bangsa dan peran penting pemimpin Soeharto dalam membentuk fondasi pembangunan Indonesia.
Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa diajak memahami bahwa gelar Pahlawan Nasional bukan hanya bentuk penghargaan, tetapi juga momentum untuk capaian pembangunan yang telah banyak dilaksanakan oleh pendahulu kita tersebut. Pendekatan historis ini penting agar generasi muda mampu melihat warisan kepemimpinan Presiden sehingga bisa tercipta Indonesia sekarang.
Pak Sukirno yang merupakan Abdi Dalam Penjaga Makam Astana Giribangun menyatakan kegembiraannya bahwa “Kegiatan positif seperti ini perlu dilestarikan terutama dengan tujuan baik untuk mengapresiasi Soeharto, tradisi ziarah kepada makam pendahulu kita harus tetap dilakukan secara rutinan dalam mendorong mahasiswa untuk terlibat aktif dalam kita paham sejarah Indonesia”.
Baca Juga: DPR RI Rahmat Muhajirin Ziarah ke Makam Pahlawan Sidoarjo
Melalui ziarah dan refleksi ini, mahasiswa diharapkan memiliki perspektif lebih kaya tentang pemimpin bangsa dalam menilai kontribusinya terhadap Indonesia.
Jika kita berkaca dengan adagium terkenal dari Presiden Soeharto yaitu “Mikul Dhuwur, Mendhem Jero”. Frasa tersebut mengartikan bahwa mengangkat tinggi atau kebaikan para pendahulu dan dapat memendam kesalahan.
Prinsip ini mengajarkan etika penghormatan, lebih tepat dipahami sebagai mengutamakan kebaikan tanpa mencari-cari kesalahan orang lain. Jadi nilai yang terkandung bukan menutupi fakta, tetapi menjaga kehormatan sambil tetap bijak dalam menyikapi kekurangan masa lalu.
Editor : Fudai