Dari Aktivisme ke Parlemen, Arif Fathoni Buktikan Politik Jadi Ladang Pengabdian

Arif Fathoni Wakil Ketua DPRD Surabaya (Doc.rudy)
Arif Fathoni Wakil Ketua DPRD Surabaya (Doc.rudy)

SURABAYA — Wakil Ketua DPRD Surabaya, Arif Fathoni, memandang politik bukan sekadar ajang perebutan kekuasaan, melainkan medan pengabdian untuk menebar kebaikan dan menyenangkan hati masyarakat.

Ia menuturkan perjalanan spiritual dan refleksinya sebelum terjun ke dunia politik, "Segala sesuatu berawal dari niat. Innamal a’malu bin niat," terangnya pada Warta Artik.id Senin (03/11) 

Baca Juga: Cegah Genangan, DPRD Surabaya Minta Kolaborasi Pemkot dan Warga Jaga Lingkungan

 

Keputusan bergabung dengan Partai Golkar pada 2010 merupakan hasil kontemplasi panjang setelah aktif di gerakan parlemen jalanan. 

“Waktu itu saya berpikir, mau terus di luar sistem atau ikut memperbaiki dari dalam. Akhirnya saya memilih masuk sistem, karena satu-satunya jalan untuk berkontribusi di pemerintahan adalah melalui partai politik,” jelasnya.

 

Sebagai mantan aktivis, Fathoni menegaskan, niatnya masuk politik semata-mata untuk mengabdi. 

“Politik ini jembatan. Tidak ada keputusan strategis di republik ini yang tidak melalui konsensus politik. Maka, politik saya jadikan medan pengabdian untuk masyarakat,” imbuhnya.

 

Baca Juga: PKL Tambak Asri Minta Solusi, Bukan Relokasi

Bagi Fathoni, politik yang sejati adalah politik yang menyenangkan hati rakyat, tugas seorang politisi bukan hanya membuat kebijakan di parlemen, tapi juga hadir di tengah masyarakat, membantu, dan memudahkan urusan mereka.

“Kalau rakyat butuh, kita hadir. Kalau ada yang kesulitan, kita bantu. Itu juga perintah agama. Allah berjanji, siapa yang memudahkan urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusannya,” ungkap Fathoni.

 

Ia menambahkan, politik pada akhirnya menyentuh ranah hati masyarakat.“Pemilu itu soal hati, dan yang membolak-balikkan hati manusia hanyalah Tuhan. Maka, tugas kita adalah berbuat baik dulu, memudahkan urusan masyarakat. Insya Allah, Tuhan yang akan menggerakkan hati mereka di bilik suara,” katanya dengan penuh keyakinan.

 

Baca Juga: Imam Syafi’i Sindir Wali Kota Surabaya: Menegakkan Perda atau Menakuti Warga?

Salah satu bentuk nyata pengabdian itu diwujudkan melalui gerakan ‘Jumat Berbagi’, kegiatan rutin yang digelorakan Fathoni untuk membantu warga kurang mampu. 

“Mungkin bagi orang berada, lima kilogram beras tidak berarti. Tapi bagi rakyat kecil, itu bisa jadi penyambung hidup. Di situlah makna politik sebagai jalan kebaikan,” ujarnya.

 

Dengan semangat religius dan kepedulian sosial, Arif Fathoni menggambarkan, politik bukan tentang kekuasaan, melainkan tentang pelayanan. “Selama niatnya tulus untuk rakyat, politik akan menjadi ladang amal bagi Pelakunya,” pungkasnya. (rda) 

Editor : rudi