Kadindik Jatim: Sekolah Harus Jadi Benteng Moral, Bukan Sekadar Pengejar Nilai Akademik

SURABAYA - Aksi demo anarkis yang belakangan ini melibatkan sejumlah pelajar tingkat SMA bahkan SMP di Surabaya menjadi perhatian serius dunia pendidikan. Tidak hanya menimbulkan keresahan masyarakat, fenomena ini juga menjadi alarm bagi sekolah, orang tua, hingga aparat penegak hukum untuk memperkuat benteng karakter di kalangan murid.

Menanggapi hal itu, Dinas Pendidikan Jawa Timur bersama Polrestabes Surabaya melakukan sosialisasi yang dipimpin langsung oleh Kasat Binmas Polrestabes Surabaya, AKBP Diyana Suci Listiawati, S.IK, Kamis (18/9).

Baca Juga: Dinas Pendidikan Jatim Cetak Pemimpin Sekolah Unggul, 116 GTK Ikuti Pembekalan

Forum ini menghadirkan 484 Kepala Sekolah dan guru Bimbingan Konseling (BK) dari berbagai SMA/SMK dan SMP di Kota Surabaya.

Dalam arahannya, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Aries Agung Paewai, mamaparkan kasus demo anarkis yang melibatkan pelajar harus ditangani dengan strategi komprehensif. Ia menekankan pentingnya pendekatan preventif, kuratif, dan rehabilitatif agar sekolah mampu mengendalikan potensi perilaku negatif murid.

“Kalau kita hanya menunggu murid membuat masalah, baru turun tangan, itu sudah terlambat. Maka pencegahan sejak dini adalah kunci. Murid perlu diberi pemahaman hukum, kontrol emosi, hingga kesadaran sosial. Jika terlanjur ada yang melanggar, harus segera ditangani dan didampingi agar tidak semakin jauh. Dan kalau sudah pernah terlibat, kita bantu rehabilitasi supaya bisa kembali ke jalur positif,” jelasnya.

Ia juga menegaskan pendidikan di sekolah tidak boleh berhenti pada target akademik semata. Lebih dari itu, sekolah harus menjadi ruang pembentukan karakter yang kokoh.

“Anak-anak kita adalah generasi penerus bangsa. Sekolah harus mampu menjadi benteng moral yang membentuk mereka menjadi pribadi berakhlak mulia, disiplin, dan berdaya saing. Kepala sekolah dan guru BK memiliki peran penting dalam hal ini. Maka sinergi dengan aparat kepolisian menjadi langkah strategis agar upaya kita semakin kuat,” ungkapnya.

Dalam konteks ini, Kadindik kelahiran Makassar ini menggaris bawahi peran kepala sekolah lagi hanya dipandang sebagai administrator. Mereka dituntut untuk hadir sebagai pemimpin (leadership), pengelola (manager), penggerak (motivator), sekaligus inovator yang mampu menciptakan budaya sekolah yang kondusif dan berkarakter.

Di sisi lain, guru BK diharapkan memainkan peran vital sebagai konselor bagi murid, baik dalam skala individu maupun kelompok, agar setiap permasalahan murid dapat terdeteksi dan tertangani lebih dini.

Baca Juga: Jawa Timur Kirim Dua Pejuang Takraw ke Pelatnas SEA Games Thailand

Sosialisasi ini tidak hanya menjadi forum komunikasi satu arah, tetapi juga wadah berbagi pengalaman dan solusi konkret. Kasat Binmas Polrestabes Surabaya, AKBP Diyana Suci Listiawati, S.IK. dalam sosialisasinya ia menegaskan bahwa penguatan karakter perlu ditopang dengan kehadiran figur pendamping yang konsisten, baik guru maupun orang tua.

“Murid-murid kita butuh teladan. Mereka harus diajak berpikir kritis, berperilaku disiplin, dan menjauhi segala bentuk kenakalan remaja. Kepala sekolah dan guru BK punya peran sentral untuk memastikan hal ini berjalan baik di lingkungan sekolah,” jelasnya.

Beberapa kepala sekolah bahkan menyampaikan tantangan yang mereka hadapi, mulai dari pengaruh pergaulan bebas, tekanan media sosial, hingga minimnya komunikasi antara sekolah dan orang tua. Polrestabes Surabaya menegaskan siap untuk membuka ruang kolaborasi lebih luas, termasuk melalui program pendampingan, penyuluhan hukum, dan patroli edukatif di sekitar sekolah.

Kegiatan ini mendapat apresiasi dari para peserta. Salah satu guru BK mengaku bahwa materi yang disampaikan sangat relevan dengan kondisi murid saat ini.

Baca Juga: Polri Bergerak Cepat Ungkap Pemerasan Terhadap Kadispendik Jatim

“Kami sering menemukan murid yang emosinya tidak stabil, mudah terprovokasi, bahkan ikut-ikutan aksi yang merugikan dirinya sendiri. Dengan adanya sinergi ini, kami jadi punya strategi baru untuk mendampingi mereka,” tuturnya.

Di akhir acara, Kadindik Jatim menekankan bahwa tantangan pendidikan di era sekarang tidak bisa dihadapi sendirian. Butuh kerja sama lintas sektor, mulai dari sekolah, keluarga, masyarakat, hingga aparat keamanan.

“Kalau semua pihak bergerak bersama, Insya Allah murid-murid kita akan tumbuh sebagai generasi yang sehat, kuat, dan berkarakter. Sinergi ini bukan hanya solusi jangka pendek, tapi investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa,” tegasnya.

Dengan adanya sosialisasi ini, Dinas Pendidikan Jatim berharap terbangun kesadaran kolektif bahwa pengendalian murid bukan hanya soal kedisiplinan semata, melainkan tentang menyiapkan generasi muda yang matang secara emosional, bijak dalam bersikap, serta tangguh menghadapi tantangan zaman.

Editor : tri