Klungkung | Rangkaian upacara Tawur Labuh Gentuh Segara Kertih yang dilaksanakan di Pura Agung Kentel Gumi, Banjarangkan, Klungkung, pada Kamis, 7 November 2024, menyuguhkan prosesi sakral yang melibatkan sekitar 10.000 umat. Upacara ini menjadi momen penting dalam upaya menciptakan keseimbangan dan harmoni alam semesta, serta mempererat rasa kebersamaan dan spiritualitas umat Hindu di Bali.
Baca Juga: Srikandi Astaguna Tebar Kasih di Panti Asuhan Semaraputra, Ringankan Beban Anak Panti dengan Sembako
Melasti ke Segara Watu Klotok
Salah satu puncak acara yang menyita perhatian adalah prosesi melasti yang diiringi oleh ribuan umat, yang terdiri dari berbagai desa adat di Kabupaten Klungkung. Prosesi ini dimulai sejak pagi hari, dengan umat yang berbondong-bondong mengiringi Ida Betara dari Karangasem menuju Pura Agung Kentel Gumi. Setibanya di Catus Pata Klungkung, ide betara, yakni dari Pura Agung Kentel Gumi dan Pura pasar agung giri Tolangkir besakih Karangasem, macepuk/ bertemu dalam sebuah pertemuan sakral yang mengawali perjalanan menuju Segara Watu klotok, tempat dilaksanakannya Tawur Labuh Gentuh Segara Kertih.
Ketua umum Karya Tawur Labuh Gentuh Segara Kertih, Cokorda Gede Brasika Putra, SH., menyampaikan, “Upacara ini merupakan karya agung yang melibatkan 3 kecamatan di kabupaten Klungkung, kecamatan Dawan, Klungkung, Banjarangkan,, Acara ini tidak hanya menjadi ritual untuk menjaga keseimbangan alam, tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat hubungan spiritual antara umat dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.”
Rangkaian Perjalanan Sakral
Rangkaian perjalanan menuju Segara Watu klotok dimulai dengan keberangkatan dari Pura Agung Kentel Gumi, melewati sejumlah desa adat, termasuk Desa Tusan, griya Buddha, Semagung, Koripan Tengah, dan Takmung, sebelum akhirnya menuju Catus Pata Kabupaten Klungkung. Di titik ini, iring-iringan umat dari Karangasem dan Klungkung bertemu, menciptakan suasana khidmat yang penuh makna.
Setelah pertemuan tersebut, ide betara melanjutkan perjalanan menuju Segara Watu klotok, yang merupakan lokasi penting bagi puncak acara Tawur Labuh Gentuh Segara Kertih. Di sini, dilakukan prosesi penting berupa tawur labuh gentuh segara kertih yang di Puput 5 sulinggih , Siwa Budha, Bujangga, Prosesi ini merupakan bagian dari upacara untuk menyeimbangkan energi alam dan memohon keselamatan bagi umat serta menjaga kesejahteraan pulau Bali beserta seluruh isinya,,
Makna Upacara Tawur Labuh Gentuh Segara Kertih
Baca Juga: Srikandi Astaguna Tebar Kasih di Panti Asuhan Semaraputra, Ringankan Beban Anak Panti dengan Sembako
Tawur Labuh Gentuh Segara Kertih adalah upacara yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali, sebagai bagian dari rangkaian upacara besar di Pura Agung Kentel Gumi. Tujuan utama dari upacara ini adalah untuk menyucikan dan menyeimbangkan alam semesta, dengan harapan agar segala hal yang ada di Bali dapat hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan.
Selain itu, upacara ini juga menjadi ajang untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah diberikan kepada umat. Dengan menyucikan alam sekitar dan memberikan persembahan yang luhur, umat Hindu Bali berharap dapat menjaga kelangsungan hidup dan keharmonisan alam serta masyarakat Bali.
Keterlibatan Krama adat di tiga kecamatan
Upacara ini melibatkan partisipasi penuh dari 31 desa adat yang ada di Kecamatan Banjarangkan, di tambah dengan Krama adat sekecamatan Klungkung, kecamatan Dawan yang masing-masing mengirimkan umatnya untuk berpartisipasi dalam rangkaian upacara. Cokorda Gede Brasika Putra, selaku Ketua Panitia, menyampaikan bahwa partisipasi umat dari berbagai desa adat menunjukkan kesatuan dan kekompakan dalam melaksanakan upacara-agung ini. “Kami berharap dengan adanya acara ini, dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan semangat spiritual yang menyatukan umat di Bali,” ujarnya.
Baca Juga: Srikandi Astaguna Tebar Kasih di Panti Asuhan Semaraputra, Ringankan Beban Anak Panti dengan Sembako
Harapan untuk Bali yang Aman dan Sejahtera
Rangkaian upacara ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi seluruh umat Hindu di Bali, terutama dalam menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dan alam. “Harapan kami adalah agar Bali tetap aman, damai, dan sejahtera. Melalui upacara ini, semoga jagat Bali senantiasa dilimpahi kedamaian, dan umat bisa hidup dalam kebahagiaan,” tambah Cokorda Gede Brasika Putra.
Setelah upacara Tawur Labuh Gentuh Segara Kertih selesai, prosesi akan dilanjutkan dengan nuwek dan mendek bagia Pule kerti sebagai simbol pembersihan dan penyeimbangan alam. Kegiatan ini akan diakhiri dengan kembali ke Pura Agung Kentel Gumi untuk melaksanakan upacara memasar di pasar desa adat tusan,,
Upacara Tawur Labuh Gentuh Segara Kertih yang dilaksanakan di Pura Agung Kentel Gumi menjadi wujud nyata dari kekuatan spiritual masyarakat Bali dalam menjaga keseimbangan alam dan spiritualitas. Dengan adanya upacara ini, diharapkan Bali dapat terus menjadi pulau yang aman, damai, dan penuh keberkahan bagi seluruh umat. (*)
Editor : LANI