KLUNGKUNG | ARTIK.ID - PT BPR Sari Jaya Sedana menyelenggarakan acara Focus Group Discussion (FGD) bertema "Masalah Kredit Bermasalah." Acara ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan berbagai tantangan terkait kredit, yang merupakan inti dari bisnis bank.
Acara FGD ini menghadirkan Narasumber, Ir. Made Astawa, M.M., yang berbagi wawasan dan pengalaman dalam menangani masalah kredit. Dalam sesi wawancara bersama Made Astawa menekankan pentingnya kolaborasi antara para pelaku di lapangan yang berada di garis depan dalam menangani isu-isu yang sedang dihadapi oleh BPR.
Baca Juga: PT. BPR Mitra Bali Mandiri Giatkan Literasi Keuangan Goes to School di SD Prima Mandiri Batubulan
"Kumpul dengan teman-teman yang memang pelaku langsung di lapangan sangat penting. Kita fokus pada bagaimana mengurangi NPL dengan berbagi pengalaman dan penerapan strategi yang sudah terbukti berhasil. Harapannya, semangat ini bisa diterapkan di Bali pada umumnya, khususnya di Bali Timur," ujar Made Astawa.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa membentuk budaya integritas dan kepatuhan, serta melakukan pendekatan yang baik kepada nasabah, adalah kunci dalam menangani masalah kredit. "Kita harus menciptakan budaya integritas dan kepatuhan, serta melakukan pendekatan kepada nasabah dalam kondisi apapun. Tujuannya adalah mencapai solusi win-win, di mana kita hidup dari nasabah dan nasabah juga menganggap kita sebagai mitra yang dapat diandalkan," tambahnya.
Made Astawa juga mencatat bahwa meskipun ada BPR yang telah mendapatkan penghargaan dari institusi keuangan seperti finance dan infobank, tantangan tetap ada. "Semua BPR, termasuk bank umum, pasti menghadapi masalah. BPR yang lebih kecil perlu terus menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan dan lingkungan bisnis. Dengan adanya undang-undang baru seperti P2SK dan meningkatnya persaingan, banyak isu yang harus kita antisipasi," jelasnya.
Diskusi dalam acara ini memberikan banyak masukan berharga dari para pelaku lapangan. Moderator acara, Pak Dewa, yang juga merupakan praktisi, turut memberikan pandangannya. Masukan-masukan yang diberikan selama diskusi ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun strategi penanganan kredit ke depan.
"Kesimpulan dari acara ini adalah banyak masukan berharga yang bisa kita jadikan bahan untuk menyusun strategi penanganan yang lebih efektif. Dengan berpedoman pada good corporate governance (GCG) dan regulasi yang ada, kami yakin BPR masih bisa terus eksis dan berkembang," ujar Made Astawa mengakhiri sesi wawancaranya.
Acara FGD ini menjadi bukti komitmen PT BPR Sari Jaya Sedana dalam menangani masalah kredit dengan serius dan profesional. Dengan dukungan dari para pelaku industri dan penerapan strategi yang tepat, diharapkan kualitas kredit dapat terus meningkat, sehingga BPR dapat terus berkontribusi dalam membangun perekonomian daerah.(*)
Editor : LANI