BADUNG | ARTIK.ID - I Gusti Agung Putu Sutarja, SH, MH, seorang tokoh yang juga menjabat sebagai Bendesa Adat Kaerobokan, Bali, mengecam keras tindakan pemerasan yang melibatkan salah satu Bendesa Adat Desa Berawa Desa Tibubuneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, I Ketut Riana. Kasus tangkap tangan (OTT) yang menghebohkan terjadi di sebuah cafe di Denpasar Selatan, tepatnya di Casa Bunga, Jalan Raya Puputan No.178, Renon.
Pada Kamis (2/5/2024) sekitar pukul 16.00 Wita, Kejaksaan Tinggi Bali kawasan Renon, Denpasar, berhasil mengamankan I Ketut Riana dengan barang bukti uang tunai senilai Rp 100 juta. Ia diduga melakukan upaya pemerasan dalam transaksi jual beli tanah di Desa Berawa, Kabupaten Badung.
Baca juga: Sejarah Minyak Sari Pure Herbals, PT Mulia Ayurvedic Sanjivani, Menjaga Tradisi dengan Inovasi
Tidak hanya itu, dalam skandal yang mencoreng nama baiknya tersebut, I Ketut Riana juga dikabarkan meminta uang kepada para investor dengan jumlah fantastis, mencapai Rp 10 miliar. Tindakan ini mengundang kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk I Gusti Agung Putu Sutarja, SH, MH, yang merasa prihatin dengan dampak buruk yang ditimbulkannya.
Baca juga: Bank BPD Bali Capem Legian Rayakan HUT ke-62 dengan Program Inovatif 'Goes To Banjar' di Seminyak
"Kasus ini sangat menyayangkan karena melibatkan salah satu Bendesa Desa Adat di Bali. Ini tidak hanya merugikan individu yang bersangkutan, tetapi juga mencoreng nama baik lembaga adat yang sudah turun-temurun diwariskan oleh nenek moyang kita," ungkap I Gusti Agung Putu Sutarja, SH, MH.
Menurutnya, tindakan tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai dan integritas yang seharusnya dijunjung tinggi oleh seorang pemimpin adat. "Bendesa Adat adalah sosok yang seharusnya menjadi teladan dalam menjaga keadilan dan keutuhan masyarakat adat. Tindakan seperti ini sangat merusak kepercayaan publik terhadap lembaga adat," tegasnya.
Baca juga: HUT LPD Desa Adat Kerobokan ke-32 Berlangsung Spektakuler; Hadiah Utama 1 Unit Mobil Suzuki Expresso
Kasus ini menjadi sorotan luas tidak hanya di Bali, tetapi juga di berbagai daerah lain di Indonesia. Sebagai tokoh adat, I Gusti Agung Putu Sutarja, SH, MH, berharap agar kasus ini segera ditangani secara tuntas oleh pihak berwenang untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga adat yang merupakan penjaga kearifan lokal dan keberlangsungan budaya bangsa Khususnya di Bali.(lani)
Editor : LANI