JAKARTA | ARTIK.ID - Limbah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Jepang yang terkontaminasi Radioaktif telah dibuang ke Samudera Pasifik.
Hal itu disampaikan Menteri Perikanan Jepang Tetsuro Nomura saat berbicara dengan kepada wartawan mengenai pertemuannya dengan Kishida, pada Rabu (30/8) lalu.
Baca juga: Indonesia Ingin Punya Pembangkit Nuklir, RUU Digodok, Pro Kontra Bermunculan
Diketahui air yang dibuang ke laut tersebut merupakan air yang diolah ALPS untuk membedakannya dari air terkontaminasi yang disimpan dalam tangki di sekitar lokasi PLTN.
ALPS adalah singkatan dari "Advanced Liquid Processing System", sebuah sistem yang bertujuan untuk menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif dari air (kecuali tritium) sebelum dibuang ke laut Pasifik.
Tritium merupakan isotop radioaktif hidrogen yang sulit dipisahkan dari air, sehingga air limbah Fukushima diolah terlebih dahulu hingga kadar tritium berada di bawah batas peraturan, namun begitu air itu tetaplah air yang tercemar radioaktif.
Meskipun badan perikanan Jepang mengatakan bahwa pengujian ikan di dekat pabrik pada pekan lalu sama sekali tidak mendeteksi kadar tritium namun langkah Jepang tersebut tetap tidak bisa dibenarkan.
Membuang limbah nuklir tersebut ke Samudera Pasifik akan menimbulkan risiko terhadap ekspor utama, termasuk makanan laut dan kosmetik.
Baca juga: Korut Jadikan Angkatan Laut KPA Kekuatan Pencegahan Nuklir
Pejabat di China daratan dan Hong Kong, keduanya adalah importir utama barang-barang Jepang, telah menegaskan kembali kekhawatiran atas proposal tersebut bahkan setelah Badan Energi Atom Internasional mengonfirmasi tinjauan dua tahun telah menyimpulkan bahwa strategi pembuangan aman dan sejalan dengan standar global.
Hong Kong telah berulang kali menyatakan keprihatinan serius tentang dampak rencana pembuangan terhadap keamanan pangan dan berencana untuk memberlakukan beberapa pembatasan pada makanan laut dari daerah berisiko tinggi setelah pelepasan limbah Fukushima dimulai.
Aksi tidak bertanggung jawab Jepang tersebut tidak hanya menuai protes dari Negara kawasan, tapi juga dikritik, ditentang dan didemo oleh warga jepang sendiri.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida mendesak menteri perikanannya untuk meminta maaf, pada Kamis (31/8/2023) karena telah menyebut air radioaktif yang dibuang dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima adalah air yang terkontaminasi.
Baca juga: Rusia Siap Beri Akses IAEA ke Fasilitas Nuklir yang Ada di Sevastopol
Dia juga meminta Menteri Perikanan Tetsuro Nomura untuk mencabut pernyataan yang dilontarkannya ketika berbicara kepada wartawan, sehari setelah pertemuan dengan Kishida.
"Sangat mengecewakan, dia melontarkan pernyataan seperti itu. Saya sudah menginstruksikan Menteri Nomura untuk meminta maaf dan juga mencabut ucapannya," kata Kishida dikutip dari Channelnewsasia, Jumat (1/9/2023).
(diy)
Editor : Fuart