Untuk Menaikkan Nilai Tambah, Pemerintah Resmi Stop Ekspor Biji Bauksit

Artik

JAKARTA | ARTIK.ID - Pada tanggal 10 Juni 2023, pemerintah Indonesia resmi melarang ekspor bauksit, mineral yang digunakan untuk membuat aluminium.

Larangan tersebut bertujuan untuk mendorong pengembangan industri hilir aluminium di dalam negeri, yang diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan lapangan kerja.

Baca juga: Tiru Langkah Rusia, Indonesia Segera Stop Ekspor Gas Alam Cair

Bauksit merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah di Indonesia. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan bauksit di Indonesia mencapai 2,5 miliar ton, atau sekitar 19% dari cadangan dunia.

Namun, sebagian besar bauksit yang di Indonesia diekspor dalam bentuk bagan mentah ke luar negeri sebagai bahan baku untuk industri aluminium.

Pemerintah menganggap bahwa ekspor bauksit merupakan kehilangan peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan industri hilir aluminium, yang memiliki nilai tambah lebih tinggi daripada bauksit mentah.

Industri hilir aluminium meliputi pembuatan alumina, ingot, billet, slab, foil, dan produk aluminium lainnya.

Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Nicolas D. Kanter mengatakan, pihaknya akan mendukung kebijakan pemerintah terkait larangan eskpor bauksit ini. Walapun memang larangan ini akan sedikit berdampak kepada kinerja ANTM.

Sebab, Nico melihat secara jangka panjang pelarangan ekspor biji bauksit akan berdampak baik bagi Indonesia dan juga bagi ANTM.

Emiten pelat merah ini juga telah menyiapkan strategi alternatif kerjasama dengan perusahaan BUMN asal China, yakni Chalco. Namun, Nico belum bisa membeberkan lebih lanjut kerjasama ini.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Aneka Tambang Elisabeth RT Siahaan mengatakan, sejauh ini kontribusi penjualan bauksit terhadap pendapatan ANTM relatif kecil, dengan persentase sekitar 3%.

“Larangan ekspor bauksit tidak berdampak kepada kinerja ANTM. Earnings terbesar disumbang oleh emas, nikel dan feronikel,” kata Elisabeth usai rapat umum pemegang saham (RUPS) yang digelar Kamis (15/6).

Pada tahun lalu, kontribusi penjualan segmen bauksit dan alumina mencapai Rp 1,93 triliun, tumbuh 35% YoY dari periode 2021 sebesar Rp 1,43 triliun. Jumlah ini hanya menyumbang 4,2% jika dibandingkan dengan total pendapatan ANTM tahun lalu yang mencapai Rp 45,93 triliun.

Sementara pada kuartal pertama 2023, segmen bauksit dan alumina membukukan pendapatan sebesar Rp 326 miliar atau hanya 3% dari total penjualan ANTM yang mencapai Rp 11,59 triliun.

(ara)

Editor : Fuart

Peristiwa
10 Berita Teratas Pekan Ini
Berita Terbaru