SEMARANG – Keluarga menjadi ujung tombak membentuk karakter anak, karena anak akan selalu belajar dari kehidupan. Anak yang dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan akan belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Hal tersebut disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah, Atikoh Ganjar Pranowo, saat membuka kegiatan Penguatan dan Pemantapan Program Pola Asuh Anak dan Remaja Penuh Cinta dan Kasih Sayang Tim Penggerak PKK Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah, secara daring, Senin (25/10/2021).
Baca juga: Jaga Warisan Leluhur Jelang Puasa, di Boyolali Helat Tradisi Padusan
Dia menyitir puisi karya Dorothy Law Nolte, yang berjudul Children Learn What They Live (Anak Belajar dari Kehidupan). Dalam puisi itu dikatakan, jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
“Keluarga menjadi ujung tombak membentuk karakter anak yang kuat, pemahaman agama yang benar dan kecintaan bangsa dan negara,” ujar Atikoh.
Ia melanjutkan, dalam keluarga orang tua memegang kunci utama untuk memberikan pemahaman dan pelajaran bagi anaknya. Sebelum nantinya peran guru di sekolahan.
Baca juga: PJ Bupati Jepara Edy Supriyanta Minta Tak Main-main dengan Dana Desa
“Orang tua menjadi kunci, sebelum nantinya bersama-samq dengan guru. Sehingga ketika sudah mengenal lingkungan luar (teman-teman), dia akan mampu memfilter,” lanjutnya.
Menurutnya, anak dan remaja saat ini bukan hanya menjadi harapan keluarga tapi juga bagi bangsa dan negara.
“Bila SDM berkualitas, akan mempekuat daya saing bangsa. Jangan sampai tenaga ahli dan profesional diisi orang luar, kita harus menjadi tuan di rumah sendiri,” tegasnya.
Baca juga: Tambah Top Saja, PPDI Minta Ganjar Jadi Pembina
Dalam kesempatan itu, Atikoh juga menyinggung soal pencegahan stunting. Di mana orang tua tidak sekadar berperan dalam memberikan asupan makanan bergizi, melainkan juga memberikan pola pengasuhan yang benar di masing-masing keluarga. Karenanya, keluarga diharapkan bisa menjadi supporting system, dalam pencegahan stunting.
“Dalam catatan Dinkes, tahun 2021 ada 226 ribu angka stunting dan kasus gizi buruk 1.421 ini jadi PR bersama. Teman-teman perlu edukasi keluarga, ibu dan ibu hamil, serta pentingnya supporting system (suami dan keluarga),” tandasnya.
Wakil Ketua I TP PKK Jateng Nawal Arafah Yasin, menambahkan, kader PKK memiliki peran dalam membimbing dan mengedukasi dalam mengatasi persoalan keluarga dan lingkungan keluarga, terutama di masa pandemi. Karenanya, mereka diminta tak lelah untuk menyosialisasikan pola asuh anak dan remaja, dengan penuh cinta dan kasih sayang. (*)
Editor : Fudai