Pemkot Surabaya Teliti Fenomena Ikan Mabuk di Kalimas dan Banyu Urip

Reporter : Fudai
Foto ilustrasi dibuat dengan AI

SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bergerak cepat menindaklanjuti kemunculan sejumlah ikan di saluran Banyu Urip dan Sungai Kalimas yang tampak “mabuk” atau stres, baru-baru ini.

Tim Penegakan Hukum Lingkungan Hidup (PPKLH) DLH telah melakukan pengukuran beberapa parameter kualitas air, seperti kadar oksigen terlarut (DO), pH, total padatan terlarut (TDS), dan suhu.

Baca juga: Halte Sudah Ada, DPRD Surabaya Minta Wirawiri Layani Rute Menuju RS BDH

Kepala DLH Kota Surabaya, Dedik Irianto, menjelaskan bahwa fenomena tersebut sering muncul saat peralihan musim. Perubahan kondisi air yang terjadi secara tiba-tiba dapat memengaruhi kestabilan ekosistem perairan.

“Kuat dugaan, penyebabnya adalah penurunan kadar oksigen terlarut (DO) secara signifikan di dalam air sungai,” ujar Dedik, Rabu (29/10/2025).

Ia menambahkan, hasil pemeriksaan laboratorium DLH menunjukkan kadar DO hanya mencapai 1,5, sementara standar ideal air sungai seharusnya berada di atas 3.

“Kami sudah melakukan uji laboratorium, dan hasilnya menunjukkan kadar oksigen terlarut sangat rendah,” jelasnya.

Baca juga: Abdul Malik : Pemkot Surabaya Terus Wujudkan Senyum Bahagia Warga Lewat Program Dandan Omah

Dedik menegaskan, DLH akan terus memantau kualitas air secara berkala dan menyiapkan langkah mitigasi untuk menjaga kestabilan ekosistem sungai. Ia juga mengimbau warga Surabaya agar tidak membuang sampah atau limbah ke aliran sungai.

“Kebersihan sungai adalah tanggung jawab bersama. Kami berharap masyarakat turut menjaga kebersihan dan kelestarian ekosistem sungai,” pesannya.

Sementara itu, dosen Departemen Teknik Lingkungan ITS, Prof. Dr. Harmin Sulistiyaning Titah, menilai fenomena ikan mabuk kemungkinan besar disebabkan oleh rendahnya kadar DO.

Baca juga: Kolaborasi Pemkot Surabaya dan APEKSI Gelar KMF 2025, Dorong Net Zero Emission 2060

Menurutnya, selama musim kemarau, polutan organik mengendap di dasar sungai, lalu terangkat kembali saat musim hujan tiba.

“Ketika hujan turun, endapan polutan tersebut terbawa aliran air dan mengonsumsi oksigen terlarut, sehingga ikan kekurangan oksigen dan naik ke permukaan untuk bernapas,” pungkas Prof. Harmin. (red)

 

Editor : Fudai

Peristiwa
10 Berita Teratas Pekan Ini
Berita Terbaru