AWS Gelar Pelatihan Jurnalistik di Pondok Pesantren Tertua Madura ‘Nazhatut Thullab’

Reporter : Fudai
Aliansi Wartawan Surabaya menggelar pelatihan jurnalistik di Pondok Pesantren Nazhatut Thullab

SURABAYA | ARTIK.ID - Aliansi Wartawan Surabaya (AWS) kali ini mengadakan kunjungan dan pelatihan jurnalistik yang diikuti oleh para santri di Pondok Pesantren Nazhatut Thullab Prajjan, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, pada Sabtu (7/9).

Pesantren Nazhatut Thullab merupakan salah satu pondok pesantren tertua di wilayah Madura, didirikan oleh Kyai Abdul Alam pada tahun 1702.

Baca juga: Diikuti Peserta dari Berbagai Daerah, Aliansi Wartawan Surabaya Sukses Gelar Lomba Foto Kemerdekaan

Pelatihan diselenggarakan sesuai dengan arahan Ketua Umum AWS, Kiki Kurniawan, yang menekankan pentingnya pengabdian kepada masyarakat serta berbagi pengetahuan tentang jurnalistik.

“Tujuan program ini adalah mengenalkan dunia jurnalistik kepada anak-anak sejak dini, agar mereka terhindar dari paparan informasi hoax, serta menanamkan nilai-nilai perjuangan yang dimiliki oleh para pendahulu untuk diteruskan oleh generasi penerus bangsa,” kata Kiki.

Pelatihan tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan jurnalistik serta konten kreatif bagi para santri.

“Sehingga, ketika para santri sudah terjun ke masyarakat, mereka memiliki banyak pilihan profesi, dan mungkin jurnalistik bisa menjadi salah satu minat mereka,” tambah Kiki.

Sebagai narasumber dari internal AWS, di antaranya adalah Ketua Umum AWS Kiki Kurniawan yang menyampaikan materi pengenalan jurnalistik. Dilanjutkan dengan Samsul Muarif Setiawan, Ketua Bidang Ekonomi Kreatif AWS, yang memberikan materi tentang konten kreatif.

Sementara itu, Syaiful Hidayat, anggota bidang Pendidikan AWS, memberikan motivasi terkait dunia kepenulisan.

Baca juga: Diikuti Peserta dari Berbagai Daerah, Aliansi Wartawan Surabaya Sukses Gelar Lomba Foto Kemerdekaan

Kiki Kurniawan menjelaskan bahwa ilmu jurnalistik memiliki kesamaan dalam beberapa prinsip ajaran Islam.

"Prinsip utama dalam jurnalistik adalah menyajikan berita dengan benar dan jujur," ujarnya.

Ia juga menambahkan prinsip-prinsip lain seperti keadilan, amanah, menjauhi fitnah, serta menghormati privasi dan martabat orang lain.

“Saya kira kelima prinsip ini sudah sangat jelas. Jika kita benar-benar mengamalkannya, pasti semua informasi yang diperoleh masyarakat dan yang diproduksi oleh penyedia berita akan berdampak positif dan mampu membangun negeri ini menjadi lebih baik,” tutur Kiki.

Memasuki sesi kedua, materi mengenai pengenalan konten kreatif dan perangkat yang terkait disampaikan oleh Samsul Muarif Setiawan.

Baca juga: Berkunjung ke Diskominfo Jatim, Ketua AWS Tingkatkan Sinergi Melawan Hoax

Pada kesempatan tersebut, ia mengajak para santri untuk mengenal sejarah penemuan kamera oleh cendekiawan Muslim.

"Kita semua patut berbangga bahwa cendekiawan Muslim, melalui teknik optik yang disebut kamera, berasal dari bahasa Arab 'Qamara' telah memberikan kontribusi besar yang masih kita gunakan hingga sekarang," jelas Samsul Muarif.

Samsul Muarif juga menyebutkan bahwa kitab "Al-Manazir" karya Ibnu Al-Haytham menjadi rujukan penting bagi pengembangan teknologi di dunia.

“Oleh karena itu, sebagai generasi penerus, wajib bagi kita untuk mempelajari sejarah dari para pendahulu agar tidak salah dalam menggunakan ilmu yang ada,” tutupnya.

Editor : Fudai

Peristiwa
10 Berita Teratas Pekan Ini
Berita Terbaru