Elaborasi Foklor "Cublak-cublak Suweng" Peneliti Unitomo dalam Edu Semiotika di Banjarkemantren

Reporter : Fuart
Peneliti Unitomo dalam Edu Semiotika di Banjarkemantren Sidoarjo

SURABAYA | ARTIK.ID - Pada penelitihan yang dilakukan oleh oleh tim PKM-RSH Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya berhasil memperoleh pendanaan Dirjen Dikti dengan penelitian yang berjudul “Elaborasi Folklor Cublak-cublak Suweng dalam Edusemiotik di Kampung Banjarkemantren Sidoarjo”

Ketua Tim peneliti PKM-RSH Unitomo, Roni dalam rilis, Sabtu (17/8) mengatakan, bahwa Indonesia kaya akan warisan budaya, termasuk folklor yang beragam dan unik dari berbagai daerah. Folklor Indonesia mencerminkan nilai-nilai budaya dan spiritual yang telah diwariskan selama berabad-abad dan berperan penting dalam menjaga identitas kolektif masyarakat.

Baca juga: Mahasiswa Unitomo, Aktivis 98, Jadi Wakil Menteri HAM di Kabinet Prabowo

"Cerita-cerita tradisional tidak hanya menghibur tetapi juga menyampaikan pesan moral yang membantu membentuk karakter. Selain itu, folklor memperkaya seni visual dan pertunjukan tradisional," ujar Roni.

Menurutnya, pendidikan memainkan peran penting dalam pengembangan individu dan masyarakat. Edukasi penting karena menjadi bekal untuk mencapai tujuan hidup. Semiotika, ilmu yang mempelajari tanda, berperan dalam memahami hubungan antara simbol, ikon, dan indeks dalam konteks budaya.

Seperti halnya komunitas pemuda "Kabut Malam" di Sidoarjo berupaya melestarikan tradisi, termasuk memperkenalkan permainan tradisional kepada anak-anak, meskipun mereka hidup di era digital.

"Salah satu permainan tradisional yang terkenal adalah "Cublak-Cublak Suweng" yang tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga alat pendidikan dan pelestarian budaya," ungkap Roni.

Penelitian yang dilakukan oleh oleh tim PKM-RSH Unitomo Surabaya menggunakan metode kualitatif untuk menganalisis unsur semiotik dalam syair "Cublak-Cublak Suweng." Fokus penelitian adalah pada indeks, simbol, dan ikon dalam syair tersebut, dengan subjek penelitian adalah masyarakat Desa Banjarkemantren di Sidoarjo.

Tim peneliti Unitomo mengumpulkan data melalui wawancara dan dokumentasi, kemudian dianalisis secara induktif untuk menarik kesimpulan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Baca juga: Orling FKIP Unitomo 2024 Sukses Digelar, Hadir Berbagai Inovasi dan Caraka Malam yang Lebih Berkesan

Penelitian ini berfokus pada analisis semiotika, khususnya bentuk indeks, simbol, dan ikon, dalam konteks edukasi melalui permainan tradisional "Cublak-Cublak Suweng" di Desa Banjarkemantren. Lagu "Cublak-Cublak Suweng," yang diciptakan oleh Walisongo, memiliki makna filosofis yang mendalam terkait nilai-nilai pendidikan dan kehidupan.

Berikut adalah poin utama dari analisis tersebut:

1. Edu Semiotik Bentuk Indeks:
Indeks, menurut Pierce, adalah tanda yang menunjukkan hubungan sebab-akibat antara penanda dan petanda. Dalam lirik "Sopo Ngguyu Ndhelikake" yang berarti "siapa yang tertawa dia yang menyembunyikan" terkandung pesan bahwa kebijaksanaan sejati membawa kebahagiaan yang hakiki, meskipun di tengah dunia yang penuh keserakahan.

2. Edu Semiotik Bentuk Simbol:
Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan arbitrer dan ditentukan oleh konvensi. Misalnya, lirik "Mambu Ketundhung Gudhel" yang menggambarkan anak kerbau sebagai simbol kebodohan, dan "Sir-Sir Pong Dele Kopong" yang menginterpretasikan hati nurani sebagai sumber kebijaksanaan moral yang sejati.

Baca juga: Unitomo Tingkatkan Pendapatan PKL Gaza dengan Konsep Green Economy dan Pemasaran Online

3. Edu Semiotik Bentuk Ikon:
Ikon adalah tanda yang menyerupai objek yang diwakilinya. Dalam lirik "Cublak-Cublak Suweng" kata "suweng" (anting-anting) menjadi ikon dari tempat harta sejati. Lirik ini menandakan bahwa kebahagiaan sejati sudah berserakan di sekitar manusia, tetapi sering kali tidak disadari.

Permainan "Cublak-Cublak Suweng" dalam konteks edusemiotik menampilkan berbagai tanda yang mempengaruhi pemahaman dan interpretasi pemain terhadap pesan-pesan dalam liriknya.

"Analisis ini menunjukkan bahwa permainan tersebut bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana untuk memahami dan merayakan nilai-nilai budaya serta kearifan lokal dalam masyarakat Jawa dan Indonesia secara luas," tuturnya.

Roni berharap, dalam penelitihan tersebut dapat membantu mempelajari Cublak-Cublak Suweng dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, menjadi bahan ajar yang berguna untuk pendidikan budaya, serta bisa membantu generasi muda memahami dan menghargai warisan budaya.

Editor : Fudai

Peristiwa
10 Berita Teratas Pekan Ini
Berita Terbaru