Penggunaan Busana Adat Bali, Salah Satu Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru

Reporter : Lani

BALI | ARTIK.ID - Di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster dan Wakil Gubernur Cok Oka Sukawati, Bali terus mengalami perkembangan signifikan dengan visi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali" melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana. Visi ini bertujuan untuk menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, guna mewujudkan kehidupan Krama Bali yang sejahtera dan bahagia, baik secara skala maupun niskala.

Hari Penggunaan Busana Adat Bali: Merawat Identitas dan Budaya

Baca juga: Tata Titi Kehidupan Berbasis Kearifan Lokal, Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru

Sebagai salah satu tonggak peradaban Bali era baru, Gubernur Wayan Koster mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan penggunaan busana adat Bali setiap hari Kamis, hari Purnama, Tilem, serta hari jadi pemerintah daerah. Kebijakan ini diatur dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Penggunaan Busana Adat Bali.

"Busana adat Bali merupakan identitas budaya yang harus dijaga kelestariannya sepanjang zaman, terutama di tengah perkembangan dunia global," ujar Gubernur Koster. Kebijakan ini merupakan upaya penguatan karakter, jati diri, simbol kebanggaan, dan warisan leluhur Bali yang mengandung nilai spiritual, etika, estetika, dan ekonomi.

Dampak Positif pada Ekonomi Rakyat Bali

Pemberlakuan kebijakan penggunaan busana adat Bali terbukti memberikan dampak nyata terhadap pertumbuhan ekonomi rakyat Bali. Industri busana adat Bali, seperti industri mode, Industri Kecil Menengah (IKM), dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), mengalami pertumbuhan yang signifikan.

"Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Gubernur Bali, Wayan Koster, yang telah mengeluarkan peraturan untuk memakai busana adat Bali setiap hari Kamis. Hal ini sangat membantu kami dalam pengelolaan produksi kain tradisional," ujar salah satu pedagang tradisional Bali.

Baca juga: Tata Titi Kehidupan Berbasis Kearifan Lokal, Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru

Melestarikan Warisan Leluhur

Penggunaan busana adat Bali tidak hanya memperkuat perekonomian, tetapi juga melestarikan warisan leluhur yang sarat dengan nilai-nilai spiritual dan budaya. Busana adat Bali menjadi simbol kebanggaan yang memperkuat jati diri masyarakat Bali di tengah arus modernisasi.

Menjaga Kesucian dan Keharmonisan Alam Bali

Selain kebijakan penggunaan busana adat, Gubernur Koster dan Wakil Gubernur Cok Oka Sukawati juga fokus pada upaya menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali. Pola pembangunan yang diterapkan mencakup aspek alam, manusia, dan kebudayaan Bali. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi, yaitu enam sumber utama kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan manusia: Atma Kerthi (penyucian dan pemuliaan jiwa), Segara Kerthi (penyucian dan pemuliaan pantai dan laut), Danu Kerthi (penyucian dan pemuliaan sumber air), Wana Kerthi (penyucian dan pemuliaan tumbuh-tumbuhan), Jana Kerthi (pemuliaan manusia), dan Jagat Kerthi (penyucian dan pemuliaan alam semesta).

Baca juga: Tata Titi Kehidupan Berbasis Kearifan Lokal, Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru

Menuju Bali yang Sejahtera dan Bahagia

Dengan berbagai kebijakan dan program yang diluncurkan, kepemimpinan Wayan Koster dan Cok Oka Sukawati telah membawa Bali menuju kehidupan yang lebih harmonis dan seimbang, menggabungkan tradisi leluhur dengan inovasi masa kini. Bali era baru tidak hanya mengedepankan pembangunan fisik, tetapi juga spiritual dan kultural, untuk mewujudkan kehidupan Krama Bali yang sejahtera dan bahagia.

Melalui visi dan langkah nyata yang diambil, Bali bergerak maju dalam menjaga dan memuliakan warisan budaya dan alamnya, sekaligus beradaptasi dengan tantangan zaman modern. Transformasi ini diharapkan akan membawa Bali tetap menjadi pulau yang dihormati dan dicintai, tidak hanya oleh masyarakat lokal tetapi juga oleh dunia.(*)

Editor : LANI

Peristiwa
10 Berita Teratas Pekan Ini
Berita Terbaru