BALI | ARTIK.ID - Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kanti, sebuah lembaga keuangan terkemuka di Bali, diakui sebagai benteng pelestarian adat dan budaya Bali serta menjadi ujung tombak pembangunan yang menjaga Bali tetap aman dan damai. Keberhasilan ini tidak lepas dari kerjasama semua pihak, baik masyarakat, sektor publik, maupun sektor swasta.
Dalam sebuah dialog eksklusif bersama, Direktur Utama BPR Kanti, Bapak Made Arya Amitaba, M. M berbagi pandangannya tentang peran penting BPR Kanti dalam menjaga dan mengembangkan adat dan budaya Bali selama 35 tahun terakhir.
Baca juga: Bank BPR Kanti Rayakan HUT ke-35: Momentum untuk Tingkatkan Kemitraan dan Layanan
Bapak Made, yang telah menjabat sebagai Direktur Utama selama 25 tahun, menyatakan bahwa sejak awal, BPR Kanti bukan hanya berorientasi pada profit, tetapi juga memiliki komitmen kuat terhadap pengembangan ekonomi masyarakat dan pelestarian budaya Bali. "BPR Kanti didirikan bukan untuk sekedar profit, tetapi untuk menjadi lembaga yang bermanfaat dan bermakna bagi masyarakat," jelas Bapak Made.
Selama masa kepemimpinannya, Bapak Made yang juga seorang aktivis, telah memperkuat posisi BPR Kanti sebagai institusi yang mengutamakan kesejahteraan sosial. "Kami sering bersentuhan dan berinteraksi dengan regulator seperti Bank Indonesia dan OJK. Bisnis BPR itu berbeda karena lebih kepada jangka panjang dan memberikan manfaat kepada masyarakat," tambahnya.
BPR Kanti telah berperan aktif dalam berbagai kegiatan sosial melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) yang fokus pada pemberdayaan masyarakat adat. Salah satu inisiatif terbarunya adalah menerbitkan buku-buku tentang hukum adat Bali, yang menjadi pedoman dalam menyelesaikan sengketa adat.
Baca juga: Bank BPR Kanti Rayakan HUT ke-35: Momentum untuk Tingkatkan Kemitraan dan Layanan
"Produk-produk ini didukung oleh BPR Kanti karena adat adalah fondasi dari masyarakat Bali. Kami berupaya memperkuat dan memberdayakan adat dengan memberikan penghargaan kepada desa-desa yang berhasil menyelesaikan permasalahan secara mandiri," kata Bapak Made.
BPR Kanti juga sering mengikuti kompetisi CSR dan beberapa kali mendapatkan juara pertama karena program-programnya yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. "Kami selalu memiliki semangat juang yang tinggi untuk menjadi yang terbaik, dan ini terlihat dari berbagai penghargaan yang kami terima," ujarnya.
Terkait dengan kasus operasi tangkap tangan (OTT) yang baru-baru ini menggemparkan masyarakat adat Bali, Bapak Made memberikan pandangannya. "Kasus ini merupakan pelajaran bagi kita semua untuk lebih memberikan perhatian terhadap desa adat. Desa adat harus selalu mematuhi hukum nasional dan lokal," tegasnya.
Baca juga: Kebakaran Hebat Melanda Pasar Seni Ubud Saat Perayaan HUT RI, 21 Unit Damkar Diterjunkan
Sebagai penutup, Bapak Made mengajak seluruh masyarakat dan pengusaha Bali untuk mendukung program-program BPR Kanti. "Mari kita bersama-sama memperkuat Bali dengan menjaga dan melestarikan adat dan budaya. Dengan demikian, perekonomian Bali akan terus tumbuh dari akar budaya yang kuat," ajaknya.
BPR Kanti akan terus berkomitmen untuk menjalankan peran sosialnya melalui program CSR yang berkelanjutan, tidak hanya berfokus pada profit tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat adat Bali. Dengan dukungan semua pihak, BPR Kanti yakin dapat terus memberikan kontribusi terbaik untuk Bali yang aman, damai, dan sejahtera.(*)
Editor : LANI