Desa Adat Tegal Gelar Tradisi Ngerebek Wrespati Ngepik yang Dilakukan Selama 400 Tahun

Jro Bendesa Adat Tegal, I Ketut Artawan, SE
Jro Bendesa Adat Tegal, I Ketut Artawan, SE

BADUNG | ARTIK.ID - Ribuan warga Desa Adat Tegal berkumpul dengan penuh semangat untuk merayakan tradisi sakral yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan Tradisi Adat dan budaya mereka selama 400 tahun terakhir. Tradisi Ngerebek Wrespati Ngepik, yang dilakukan di Pura Dalem Desa Tegal Darmasaba, kembali dijalankan dengan khidmat pada Kamis (14/3).

Jro Bendesa Adat Tegal, I Ketut Artawan, SE, memberikan penjelasan tentang latar belakang sejarah dan makna dari Ngerebek Wrespati Ngepik yang telah menjadi bagian dari identitas dan kehidupan masyarakat Desa Adat Tegal.

Baca Juga: LPD Desa Adat Gulingan Tabanan Perkenalkan Produk Tabungan Tamas Prada dan Simpel Aset Rp 34 Miliar

"Tradisi ini bermula dari upaya leluhur kami dalam mengatasi suatu wabah penyakit yang melanda Desa Saat itu,dengan tujuan mengusir roh-roh atau buta kala sehingga mereka semia menjadi dewa," ujarnya.

Setiap enam bulan sekali, warga Desa Adat Tegal berkumpul untuk melakukan ngerebek berkeliling diseputaran Desa dengan Nedunan semua Ide Batara yang ada di Wiwidangan Pura kayangan Tiga seperti Tapakan Ida Batara Berupa Barong, Baik Barong Ket maupun Macan dan Rangda yang mana semua Sesunan Lunge atau Mendatangi Pura-Pura di areal Desa Tegal yang di iringi (diikuti ) semua Krama Ngiring.

Di sisi lian juga Ngerebek ada Tradisi ini bertujuan utama untuk menghitung jumlah penduduk secara akurat, yang dikenal dengan istilah "tekcor". Atau dengan memakai uang

Baca Juga: Aset LPD Desa Adat Sibangkaja Kini Tembus Rp 146 Miliar, dengan Kontribusi ke Desa Adat Rp 500 Juta

"Kepeng atau pis Bolong yang terkumpul hari ini mencapai sekitar 10 ribu, mewakili sekitar 8 Banjar Adat ada ribuan jiwa penduduk, baik anak-anak, orang tua, maupun dewasa. Ini memudahkan kami dalam menghitung jumlah kelahiran, kematian, dan jumlah penduduk secara keseluruhan," tambahnya.

Tradisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Adat Tegal selama berabad-abad.

"Kami telah melakukannya Tradisi ini sejak sekitar tahun 1600-an, dari generasi ke generasi," ungkap I Ketut Artawan dengan bangga.

Baca Juga: Rayakan HUT LPD Desa Adat Padonan Ke-33, Bekukan Aset Mencapai Rp 190 Miliar dan Laba Rp 2,5 Miliar

Lebih lanjut, I Ketut Artawan menyampaikan harapannya agar tradisi ini terus terjaga keberlangsungannya hingga masa-masa mendatang.

"Kami berharap tradisi ini tetap dilestarikan untuk menjaga kesucian pura dan hubungan antara dunia material dan spiritual. Semoga tradisi ini terus berlangsung hingga akhir zaman," tutupnya.

Dengan semangat dan kesetiaan yang tak tergoyahkan terhadap tradisi nenek moyang mereka, masyarakat Desa Adat Tegal mempertahankan warisan budaya yang kaya dan mempesona, memperkuat ikatan batin antarwarga serta meneguhkan identitas mereka sebagai penjaga kebudayaan, Tradisi yang kokoh yang adiluwung sepanjang masa pungkasnya. (lani)

Editor : LANI