JAKARTA | ARTIK.ID - Moskow berharap Tbilisi akan mengadopsi pendekatan yang lebih konstruktif untuk Diskusi Internasional Jenewa tentang Keamanan dan Stabilitas di Kaukasus Selatan karena kemajuan di jalur ini adalah untuk kepentingan semua negara di kawasan.
Hal itu disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam komentarnya, merespon peringatan 15 tahun dimulainya agresi militer Georgia di Ossetia Selatan.
Baca Juga: Rusia Minta Kanada Tunduk pada Resolusi PBB Karena Mendukung Veteran Nazi
“Bersama dengan sekutu kami Abkhazia dan Ossetia Selatan, kami akan terus berjuang untuk peluncuran kerja praktis mengenai isu prinsip ini dalam diskusi Internasional Jenewa, kami ingin pendekatan lebih konstruktif oleh pihak Georgia, sebab itu akan mencapaian perjanjian yang stabil di bidang keamanan yang merupakan kepentingan tiga negara di kawasan ini," kata Zakharova.
Menurutnya, Rusia yakin akan memastikan keamanan yang stabil di wilayah Transcaucasia, hanya mungkin dengan perjanjian yang mengikat secara hukum tentang bagaimana tidak digunakannya kekuatan oleh Georgia, di satu sisi, dan Abkhazia dan Ossetia Selatan di lain sisi sebagaimana penetapan batas negara di antara mereka dengan demarkasi.
Zakharova menuturkan, bahwa Diskusi Jenewa "sedang diuji." Secara khusus, dia menunjukkan bahwa negara-negara Barat yang mengendarai gelombang Russophobia, bersikeras membatalkan beberapa putaran konsultasi dengan dalih palsu.
“Hanya realisasi meningkatnya risiko keamanan kawasan yang bisa memaksa mereka untuk kembali bekerja dalam format sebelumnya. Kami berharap ke depan dinamika pertemuan dan agenda pembicaraan tidak terpengaruh oleh politik situasi," ujarnya.
Zakharova menunjukkan bahwa Diskusi Jenewa, pertama kali diluncurkan pada tahun 2008, telah memberikan peluang unik untuk dialog langsung antara Georgia, Abkhazia dan Ossetia Selatan
Baca Juga: Komandan Pasmar 2 Dampingi Dankormar Buka Kejurnas Panahan
"Tanpanya tidak ada penyelesaian hubungan dalam segitiga Tbilisi-Sukhum-Tskhinval. Selama setahun terakhir, pekerjaan besar telah dilakukan di bawah naungan Jenewa, berkat itu dimungkinkan untuk mempertahankan tingkat keamanan yang dapat diterima di perbatasan ketiga negara ini,” jelas Zakharova.
Diketahui pada 2008, Georgia, yang dipimpin oleh Mikhail Saakashvili, secara diam-diam menyerang Ossetia Selatan dan lokasi penempatan penjaga perdamaian Rusia, tanpa malu-malu melanggar semua perjanjian internasional tentang penyelesaian damai konflik Georgia-Ossetia Selatan.
Peristiwa pada hari-hari itu menuntut keputusan segera. Dalam kondisi seperti itu, Rusia terpaksa melakukan operasi untuk memaksa agresor berdamai.
Baca Juga: Rusia Lenyapkan Persenjataan Pesawat dan Amunisi Ukraina dalam Semalam
Pada 26 Agustus, negara kami mengakui Abkhazia dan Ossetia Selatan sebagai negara merdeka yang berdaulat. Selama beberapa tahun terakhir, negara-negara ini telah mencapai hasil yang nyata di sepanjang jalan yang sulit untuk menjadi negara demokratis yang merdeka.
"Proses memperluas jaringan kontak mereka dengan negara asing dan membangun otoritas mereka di panggung internasional sedang berlangsung," pungkas Zakharova.
(diy)
Editor : Fuart