SURABAYA | ARTIK.ID - Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengeluarkan kebijakan yang melarang sekolah-sekolah di Surabaya mewajibkan siswa membeli seragam di lingkungan sekolah.
Meskipun demikian, koperasi sekolah tetap diperkenankan untuk menjual seragam dan perlengkapan sekolah lainnya, asalkan dengan harga yang sesuai dengan standar pasar dan kualitas barang.
Baca Juga: Eri Cahyadi Buka Kembali Jalan Penghubung Bulak Banteng danTambak Wedi yang Ditutup Sejak 2018
"Sebenarnya koperasi diperbolehkan menjual seragam tapi dengan harga tidak boleh lebih tinggi dari pasaran, sebab tidak semua anak bisa membeli seragam ke luar, lebih cepat di koperasi ya nggak apa-apa, itu lebih mempermudah," kata Cak Eri di Surabaya, Jumat (28/7/2023).
Namun begitu Eri Cahyadi menegaskan, jangan sampai ada paksaan siswa harus membeli semuanya di koperasi.
Apabila masyarakat menemukan sekolah yang memaksa siswa membeli seragam di sekolah dan sampai diketahui atau dilaporkan ke pemerintah, maka pihaknya tidak segan memberi sanksi.
"Kalau ada sampaikan ke saya, jangan hanya menyampaikan itu. Sebut SMP-nya di mana, kepala sekolahnya siapa. Karena di Dispendik itu juga ada hotline untuk menyampaikan keluhan itu. Jika ada yang diperlakukan seperti itu oleh sekolah, tolong orang tua sampaikan secara langsung ke saya atau masuk hotline Dispendik. Kalau benar itu terjadi, saya pastikan kepala sekolahnya akan saya copot,” tegas Cak Eri.
Baca Juga: Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Terbitkan SE untuk Cegah Penyebaran Mpox
Selain dari sisi harga yang normal, seragam yang dijual di koperasi sekolah kualitasnya harus baik. Terutama, bagi seragam yang hanya dijual di koperasi sekolah.
Misalnya seragam batik sekolah. Meskipun hanya tersedia di koperasi sekolah, harga jualnya juga tidak boleh melebihi harga kain yang di jual di pasaran.
Untuk lebih meringankan siswa, sekolah juga tidak diwajibkan mengganti seragam setiap setahun sekali.
Baca Juga: Wali Kota Eri Cahyadi Gelar Wisuda Sekolah Orang Tua Hebat di Balai Kota Surabaya
“Nggak ada setiap tahun ganti, pancet, sama kok. Yang berubah hanya bednya, habis kelas 2 ganti ke kelas 3,” kata Cak Eri mencontohkan.
(red)
Editor : Fuart