Yenny Wahid Kemungkinan Besar akan Mendukung Ganjar Pranowo, Ini Alasannya

avatar Artik

SURABAYA | ARTIK. ID - Yenny Wahid adalah seorang aktivis, penulis dan putri dari mantan presiden Indonesia, Abdurrahman Wahid. Ia juga merupakan direktur eksekutif dari Wahid Foundation, sebuah organisasi yang bergerak di bidang perdamaian, toleransi, dan hak asasi manusia (HAM).

Pandangan dan sikap Yenny Wahid terhadap gerakan HAM di Indonesia dan dunia sangat menonjol. Dia sangat menyukai keberagaman, anti perpecahan dan kekerasan. Hal itu terlihat bagaimana dia membela Jokowi pada Pilpres yang lalu, yang dipenuhi polarisasi dan kekerasan.

Baca Juga: Tanggapan Yenny atas Pernyataan Megawati yang Bilang Pemerintahan Jokowi Mirip Orba

La lahir pada tahun 1974 di Jakarta, saat Indonesia masih berada di bawah rezim Orde Baru yang otoriter dan represif. Ia mengalami langsung pelanggaran-pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah, seperti pembredelan media, penangkapan aktivis, dan pembantaian massal.

Yenny Wahid juga mendapat pengaruh dari ayahnya, Abdurrahman Wahid, yang dikenal sebagai tokoh demokrasi dan pluralisme di Indonesia.

Ia sering mendampingi ayahnya dalam perjalanan-perjalanan ke luar negeri, di mana ia bertemu dengan para pemimpin dan tokoh dunia. Ia juga menyaksikan bagaimana ayahnya berjuang untuk membela hak-hak minoritas, seperti etnis Tionghoa, agama Kristen, dan kaum perempuan.

Mari kita lihat analisa sederhana ini sebagai lanscape bagai mana dan ke mana nanti Yenny Wahit di Pilpres 2024.

Apakah dia akan ke kubu Anies Baswedan, sementara Anies dalam Pilkada DKI Jakarta menjadi manefestasi sebuah perpecahan yang tak segan memainkan isu Ras dan Agama sebagai alat politik menuju kemenangan.

Di sisi Prabowo, tidak jauh berbeda, Prabowo datang dari masa lalu, di mana Yenny Wahid menyaksikan sendiri kekerasan-demi kekerasan, di mana manusia sama nilainya dengan barang waktu itu.

Maka, Secara rasional bisa kita simpulkan sementara bahwa Yenny Wahid nanti akan berdiri di belakang Ganjar Pranowo, Lepas apakah itu PDIP atau bukan, Partai yang pernah melukai Abdurrahman Wahid, Tapi Ganjar memiliki seluruh Kriteria Yenny Wahid.

Mari kita lihat beberapa kutipan wawancara saaat Yenny ditanya soal Anies dan Prabowo yang dilansir dari republika.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Diarak Buto Gedruk saat Tiba di Kampung Nambah Dadi, Terbanggibesar

"Memangnya mas Anies Baswedan sudah pasti bisa nyalon belum tentu juga. Memangnya Pak Prabowo sudah pasti bisa nyalon belum tentu juga, ini semua masih jauh, Belandanya masih jauh, santai dulu ngopi-ngopi wae," ujar Yenny di UGM, Yogyakarta, Jumat (7/7/2023).

Ia pun menganalogikan politik Indonesia seperti jualan barang. Suatu barang akan sulit terjual jika tidak ada perusahaan yang mau menjual barang tersebut.

"Kalau politik itu tidak bisa hanya kita yang menentukan, karena di Indonesia itu kaya jualan barang, barangnya ada, perusahaannya nggak ada, susah mau jualan, tapi ada juga PT-nya ada, barangnya dianggap nggak layak jual, akhirnya harus cari barang di luar itu," kata dia.

Sejauh ini, menurutnya, partai yang memiliki calon presiden hanya dua partai, PDIP dan Partai Gerindra. Namun, Partai Gerindra masih dinilai sulit mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden lantaran tak memenuhi presidential threshold, sehingga masih harus menggandeng partai lain agar tercukupi.

"Yang lengkap semua ada distribusi, ada ekspedisinya, semuanya produksinya sendiri itu PDIP, yang dua lagi kan belum, Pak Anies apalagi nggak punya dia PT, jadi ini semua belum pasti, kalau sudah belum pasti ya tunggu aja lah tinggal beberapa bulan lagi," ucapnya.

Baca Juga: Belum Menentukan Dukungan, Yenny Wahid Menunggu Prabowo-Gibran

Dirinya mengaku tak ngoyo meski namanya diusulkan oleh dua partai berbeda yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Nasdem.

"Kalau kami sih diajari Gus Dur, posisi itu itu hanyalah alat, wasilah, bukan ghoyah bukan tujuan, kalau bukan tujuan ya nggak usah ngoyo-ngoyo banget. Saya nggak pernah ngoyo tahu-tahu namanya dinominasikan dua partai, PSI dan Nasdem, ya Alhamdulilah, nggak pernah gimana-gimana," kata Yenny.

Yenny mengatakan, dirinya saat ini tidak menjabat sebagai ketua umum partai maupun ormas. Dirinya juga bukan pejabat negara, juga bukan pengusaha. Namun ia merasa kemunculan namanya lantaran dianggap sebagai tokoh yang memiliki reputasi

"Saya kan nggak punya apa-apa, yang saya punya satu, mungkin dianggap masih ada sedikit reputasi, itu pun karena nebeng bapaknya, kira-kira kan gitu, ini harus saya jaga," ucapnya.

(diy)

Editor : Natasya