Syarat Bangun Kota Kelas Dunia, Ini Papar Ketua DPD RI

avatar Artik

ARTIK.ID - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, menyampaikan sejumlah syarat yang harus dimiliki sebuah kota untuk menjadi kelas dunia.

Syarat-syarat tersebut disampaikan LaNyalla saat memberikan keynote speech secara virtual dalam Seminar Nasional Makassar Recovery: Toward The World City, yang diselenggarakan Alumni SMP Negeri 5 Makassar, Kamis (16/12/2021).

Baca Juga: Selain Obat Sirup yang Bermasalah, Lanyalla Minta BPOM Periksa Vaksin Imunisasi

Dua syarat utama yang disampaikan LaNyalla adalah mengenai kondisi politik dan ekonomi.

“Ada beberapa syarat standar yang harus dimiliki kota dunia. Diantaranya kestabilan politik dan pertumbuhan ekonomi yang terukur dan berkesinambungan. Lalu kota kelas dunia harus dikelola dengan pemerintahan yang bersih, transparan dan patuh hukum,” ujarnya.

Menurutnya, harus ada juga peraturan yang menunjang pelayanan publik. Termasuk pelayanan transportasi publik yang nyaman dan aman. Kota dunia pun harus dilengkapi infrastruktur modern dan bebas banjir.

“Tak kalah penting kualitas Sumber Daya Manusia harus meningkat sesuai standar SDM kota dunia,” jelasnya

Sebab, membangun kota dunia perlu perencanaan yang sangat matang. Harus mencermati peta perubahan global dan tantangan dunia masa depan.

“Untuk menjadi kota kelas dunia, Makassar juga harus memilih. Mau menjadi kota dunia seperti apa? Karena secara teori, kita tidak bisa melayani semua. Karena melayani semua, sama dengan tidak melayani siapapun. Jadi harus ditentukan,” ucap LaNyalla.

LaNyalla mencontohkan, untuk menjadi kota dunia pusat keuangan, berarti harus seperti Hong Kong, Singapura dan Tokyo. Kota dunia pusat sosial-politik bisa mencontoh Brussels, Jenewa dan Washington DC. Atau kota dunia budaya, seperti Berlin, Copenhagen, Melbourne, Munich, Oslo, Roma, Stockholm.

“Banyak pilihan dan memiliki diferensiasi masing-masing. Sehingga sejak awal, Makassar harus ditentukan posisinya dengan keunggulan kompetitif serta komparatif apa yang akan dimaksimalkan,” imbuh Dia. 

Setelah menentukan sebagai kota kelas dunia seperti apa, tools atau perangkat pendukung, seperti Smart City dan Sustainable City menjadi pelengkap yang harus ada.

Baca Juga: Guru PPPK Tak Dapat Gaji Selama 9 Bulan, LaNyalla Ingatkan Pemda

Baca Juga:

Karena sifatnya sebagai bagian tak terpisahkan dari Kota Dunia. Termasuk green construction yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sustainable city.

“Di sisi lain ancaman di depan mata, yaitu peningkatan pemanasan global atau Climate Change harus jadi perhatian. Kota-kota di seluruh dunia, harus mulai melakukan antisipasi efek dari rumah kaca dan penggunaan energi yang boros sebagai bagian dari memastikan suhu global tidak mengalami peningkatan,” paparnya. 

Beberapa negara, lanjut LaNyalla, mulai membangun kota zero karbon sebagai pilot project. Seperti dilakukan Uni Emirat Arab, yang membangun Masdar City di Abu Dhabi. Masdar City adalah gagasan dari Masdar, sebuah perusahaan energi terbarukan, dan hampir sepenuhnya didanai oleh Pemerintah Abu Dhabi. Pembangunan kota benar-benar dimulai dari nol dan diharapkan selesai pada tahun 2025.

“China, sebagai negara penghasil karbon dioksida terbesar di dunia, juga mulai membangun kota mandiri ramah lingkungan, di Kota Tianjin. Kota yang awalnya kawasan pembuangan limbah beracun, kini diubah total menjadi kota berteknologi tinggi, bebas emisi, dan disiapkan menjadi kota masa depan,” jelasnya. 

Baca Juga: Ketua DPD RI Minta TNI Bantu Relawan MER-C yang Tak Bisa Masuk Palestina

Ditambahkan LaNyalla, pada tahun 2050 diperkirakan tiga perempat populasi manusia di dunia akan menjadi penghuni perkotaan. Bersamaan dengan itu, Indonesia akan memasuki puncak bonus demografi pada tahun 2030 hingga 2045.

Pada masa itu penduduk usia produktif antara 15 hingga 64 tahun berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif. Pada saat itu, penduduk dunia menjadi 9,45 miliar manusia. Tersebar 55 persen di Asia.

Tren demografi global saat itu mendorong urbanisasi, dan arus migrasi ke kota-kota dunia. Penduduk dunia yang tinggal di perkotaan mencapai 65 persen, dengan 95 persen pertambahan terjadi di negara dengan Emerging Economies.

“Itulah beberapa pandangan dan pemikiran yang dapat saya sampaikan. Sekali lagi saya tegaskan membangun kota dunia, perlu perencanaan matang, dengan membaca peta perubahan global serta tantangan ke depan. Semoga cita-cita Makassar menjadi World City segera terwujud. Sehingga menjadi salah satu titik penting dalam sistem ekonomi global,” pungkasnya.(els)

 

Editor : Fudai