JAKARTA - Vietnam didesak agar bertindak tegas menyikapi konflik Laut China Selatan (LCS), desakan ini muncul setelah Presiden Vietnam Nguyen Xuan Phuc melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris di Hanoi pada Rabu (25/8).
Harris menegaskan Vietnam harus melakukan meningkatkan tekanannya kepada China terkait meruncingnya konflik di laut tersebut. Bahkan menurut Harris USA siap mengibahkan mantan kapal US Coast Guard ketiga untuk Vietnam.
Baca Juga: AS Sebar Berita Hoak, China Akan Bangun Pangkalan Militer di Kamboja
“Kita perlu menemukan cara untuk menekan dan meningkatkan tekanan pada Beijing agar mematuhi Konvensi PBB untuk Hukum Laut (UNCLOS), serta menentang intimidasi dan klaim maritim yang berlebihan,” kata Harris saat bertemu Presiden Vietnam Nguyen Xuan Phuc di Hanoi pada Rabu (25/8), dikutip laman RT.
Dikatakan, AS tetap komitmen ikut serta melindungi LCS dengan pengerahan tambahan Penjaga Pantai AS. Pun juga dukungan AS untuk Asia Tenggara tidak akan pupus. Sokongan ini, muncul setelah ditariknya militer AS dari Afghanistan.
Vietnam Jalin Sekutu dengan Jepang.
Untuk melawan dominasi China, Vietnam melakukan langkah taktis dengan bersekutu dengan Jepang utamanya alat tempur. Kedua negara bersepakat meningkatkan kerja sama melalui kesepakatan baru yang memungkinkan ekspor peralatan dan teknologi pertahanan buatan Jepang ke Hanoi.
Tidak hanya sekedar pada bidang teknologi militer, Jepang dan Vietnam direncanakan juga akan melakukan latihan perang bersama.
Jepang dan China sebenarnya juga terlibat perselisihan teritorial, yang mana Negeri Sakura tersebut, kerap memprotes kehadiran penjaga pantai China di Laut China Timur dekat pulau Senkaku yang dikuasai Jepang, yang juga diklaim oleh Beijing dan disebut Diaoyu.
Kesepakatan dua negara, yang diteken Sabtu (11/9/2021), dijabarkan Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi untuk meningkatkan kemitraan pertahanan kedua negara “ke tingkat yang baru”.
Dimana nantinya berencana memperdalam hubungan pertahanan melalui latihan bersama multinasional dan cara lain.
Rincian tentang transfer peralatan khusus, termasuk kapal angkatan laut, akan dibahas dalam pembicaraan berikutnya, kata kementerian pertahanan Jepang dalam sebuah pernyataan dikutip dari Tribun yang melansir Al Jazeera pada Minggu (12/9/2021).
China Khawatir, Mulai Berdiplomasi dengan Vietnam
Baca Juga: Konferensi Internet Industri 5G di China, Gagas Integrasi Inovasi lebih luas
Melihat gelagat Vietnam yang serius menyikapi Konflik LCS, utamanya setelah Hanoi melakukan pertemuan dengan AS. China memperingatkan agar mewaspadai gerakan di luar di Laut China Selatan.
Melansir Sosok.id yang mengkutip Reuters, Minggu (12/9/2021), Menteri Luar Negeri China Wang Yi memperingatkan adanya campur tangan dari pihak luar regional, saat ia mendesak Vietnam untuk tidak “membesar-besarkan konflik” di Laut China Selatan yang disengketakan.
“Kita harus menghargai perdamaian dan stabilitas yang diperoleh dengan susah payah di Laut Cina Selatan dan menempatkan masalah terkait maritim pada posisi yang sesuai."
Hanoi membaca kedua belah pihak sepakat untuk “secara efektif mengendalikan perbedaan” di Laut Cina Selatan. Di samping itu, mereka juga mengangkat isu ketidakseimbangan perdagangan dan menyatakan keprihatinan tentang kesulitan perdagangan perbatasan terkait dengan kliring bea cukai.
Wang juga mengumumkan tambahan 3 juta dosis vaksin China bagi Vietnam akhir tahun ini, sehingga total dosis yang dijanjikan menjadi 5,7 juta.
Vietnam Diminta Jangan Condong ke AS
Baca Juga: Perkenalkan UU Maritim Baru, China Dibikin Meradang oleh AS
Sementara, mantan dekan Universitas Ilmu Sosial dan Kemanusiaan di Hanoi, Pham Quang Minh meyakini waktu kedatangan Wang Yi di Vietnam terkait dengan perjalanan Presiden Vietnam Nguyen Xuan Phuc ke AS minggu depan untuk Sidang Umum PBB, dengan status kunjungan ke Washington juga di kartu.
“Menteri Luar Negeri Wang Yi ingin mengirim pesan kepada para pemimpin Vietnam bahwa China adalah mitra yang sangat dekat dengan Vietnam”, kata Pham Quang Minh.
Dia juga menyarankan agar Vietnam tidak condong ke AS, dan tidak harus meningkatkan hubungannya menjadi kemitraan strategis dengan AS. Dan mengingatkan hanya China yang merupakan mitra sejati Vietnam.
Dia juga menilai sumbangan vaksin dari China dengan tujuan politik, China dipandang tahu bahwa Vietnam sangat butuh akan adanya vaksin. Kendati begitu, dia mencatat Vietnam masih mempertahankan sikap sadar dan pragmatis dalam hubungannya dengan China.
“Di satu sisi, Vietnam akan memperkuat kerja sama dengan AS dan China, tetapi di sisi lain, Vietnam juga akan mendorong kerja sama dengan mitranya dan ASEAN untuk menjaga kedaulatannya.” (rya)
Editor : Fudai