JAKARTA | ARTIK.ID - Sekitar 40 negara di dunia akan menggelar pemilihan umum (pemilu) sepanjang tahun 2024. Pemilu ini mencakup 40% dari populasi global dan GDP. Isu kebijakan fiskal kandidat calon presiden (capres), seperti pemotongan pajak di era Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, diprediksi dapat menentukan reaksi pasar global.
Chief Market Strategist for EMEA (Europe, the Middle East, and Africa) JP Morgan Asset Management, Karen Ward, Jumat (5/1) mengatakan, penyelenggaraan pemilu pada tahun ini akan memiliki implikasi yang signifikan terhadap pasar global.
Baca juga: Kirim Bantuan ke Palestina dan Sudan, Pemerintah RI Tempuh Jalur Darat dan Udara
Karen Ward memperkirakan bahwa hasil pemilu di beberapa negara, seperti Taiwan, India, dan AS, akan menjadi perhatian utama bagi para investor.
Menurutnya janji politik capres yang akan terpilih pada pemilu nantinya dapat memengaruhi reaksi pasar.
'Misalnya, janji kebijakan fiskal Donald Trump, Presiden AS pada 2017, memicu pergerakan harga saham dan kenaikan pendapatan," kata Karen Ward.
Baca juga: Israel Kembali Menyerang Rumah-rumah Warga Sipil di Gaza, 12 Anak-anak Tewas
Namun, pada tahun 2024, keterbatasan ruang fiskal di AS dan UK akan mempersulit partai politik pengusung capres manapun untuk mendorong kebijakan pemotongan pajak atau meningkatkan belanja program pemerintah.
"Dengan kondisi biaya tinggi dan defisit masing-masing di atas 6% dan 5% dari GDP di AS dan UK, perbedaan isu-isu ekonomi akan lebih sedikit di antara partai politik sayap kanan dan kiri," ungkapnya.
Secara umum, Ward memperkirakan pemilu di 40 negara dunia pada tahun 2024 akan memiliki dampak yang terbatas pada pasar global.
Baca juga: Badan Bantuan UNRWA Kehilangan 142 Personel Sejak Serangan Israel ke Jalur Gaza
Namun, investor tetap perlu memantau perkembangan pemilu di beberapa negara, seperti Taiwan, India, dan AS, karena dapat memberikan kejutan bagi pasar.
(red)
Editor : Fuart