Bandara Banyuwangi Raih NZH dari Green Building Council Indonesia

Reporter : Fudai
Bandara Banyuwangi

BANYUWANGI | ARTIK.ID - Bandara Banyuwangi meraih sertifikasi Greenship Net Zero Healthy Ready (NZH) dari Green Building Council Indonesia (GBCI).

Dengan begitu, Bandara Banyuwangi menjadi yang pertama di Indonesia yang peroleh sertifikat NZH karena dinilai memiliki konsep bangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.  

Baca juga: Banyuwangi Batik Festival 2024 Sukses Tampilkan Potensi Batik di Kancah Nasional

GBCI adalah lembaga yang berwenang menyelenggarakan sertifikasi bangunan hijau di Indonesia. Merupakan lembaga nirlaba yang berkomitmen mendorong terciptanya gedung-gedung hijau ramah lingkungan, dan bagian dari World Green Building Council yang berpusat London. 

Eksekutif General Manager (EGM) Bandara Internasional Banyuwangi, Johan Seno Acton mengatakan, sertifikat ini diterima oleh Direktur Enginering PT. Angkasa Pura II di Jakarta pada November 2023 lalu.

Dengan diterimanya sertifikasi Greenship NZH ini, lanjut dia, semakin menegaskan konsep green building yang sejak awal diterapkan oleh bandara yang dirancang arsitek nasional, Andra Matin.

Dengan terbitnya sertifikat ini menjadi bukti bahwa Bandara Banyuwangi adalah Green Airport. Dimana praktik-praktik pembangunan berkelanjutan memang dilaksanakan seperti pengelolaan ramah lingkungan, efisiensi dalam penggunaan energi, dan pemenuhan energi baru terbarukan (EBT).

“Sehingga bisa dibilang Banyuwangi berkomitmen mendukung program pengurangan emisi karbon dan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT),” ujarnya.

Dirinya menyebut, ada sejumlah aspek penilaian. Antara lain aspek kesehatan dan kenyamanan (Health & Comfort), yang terdiri atas kenyamanan termal (panas) dalam ruang dan pergantian udara ruangan.

“Strategi ventilasi udara alami dan penggunaan kisi-kisi kayu untuk sirkulasi udara di Bandara Banyuwangi menjadi salah satu kelebihan yang dinilai. Selain itu, green roof terminal juga menjadi nilai lebih,” tutur Johan.

Baca juga: Banyuwangi Batik Festival 2024 Hadirkan Batik Jeruji dari Warga Binaan Lapas

Aspek penilaian lainnya adalah efisiensi energi dan konservasi. Ini meliputi  sistem tata cahaya dalam ruang, sistem tata udara dalam ruang dan upaya reduksi emisi karbon.

“Untuk mengurangi emisi karbon Bandara Banyuwangi menggunakan pembangkit listrik tenaga surya di atap bandara. Lalu, juga menerapkan skylight untuk pencahayaan alami di siang hari. Penggunakan energi listrik yang minim pada berbagai ruangan juga menjadi salah satu penilaian positif,” imbuhnya lagi.

Johan menambahkan sertifikasi GREENSHIP NZH yang telah diraih Bandara Banyuwangi ini akan digunakan sebagai percontohan bagi bandara lain di Indonesia.

“Kami berharap semakin banyak bandara di Indonesia secara bertahap bisa menerapkan konsep Green Bulding sebagaimana Bandara Banyuwangi,” paparnya.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyampaikan apresiasi dan kebanggaannya atas capaian ini. Bupati Ipuk menjelaskan bahwa pemkab sejak awal telah merancang pembangunan Bandara Banyuwangi dengan konsep bangunan hijau sekaligus mengangkat arsitektur lokal.  

Baca juga: Mati Suri 20 Tahun, PT KAI Akan Reaktivasi Jalur Kereta Kalisat Panarukan

Konsep yang diterapkan Pemkab Banyuwangi ini, akhirnya membawa Bandara Banyuwangi memenangi kompetisi bergengsi arsitektur internasional, The Aga Khan Award for Architecture 2022, menyisihkan 463 nominasi bangunan dengan arsitektur terbaik di dunia.

“Bandara adalah wajah depan sebuah kota, maka kami sangat serius merancang dan membangun bandara kami. Bahkan kami terbitkan regulasi yang menjaga agar kawasan di sekitar bandara lansekapnya tetap persawahan,” kata Ipuk. 

“Selain mengusung semangat green building, desain bangunannya juga kami rancang mengangkat arsitektur lokal. Kalau dilihat dari atas, atap bandara berbentuk penutup kepala khas suku Osing,” pungkas Ipuk.

(*)

Editor : Fuart

Peristiwa
10 Berita Teratas Pekan Ini
Berita Terbaru