JAKARTA | ARTIK.ID - Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS adalah penguatan mata uang Amerika tersebut di pasar global.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang mengatakan bahwa rupiah masih berada dalam posisi yang relatif baik dibandingkan dengan mata uang negara lain.
Baca juga: Inalum dan TPIA Kembangkan Industri Hilir Aluminium, Dukung Ekosistem EV Indonesia
Sri Mulyani mengatakan, sejak awal tahun 2023 hingga 20 Oktober, rupiah hanya melemah 0,7 persen terhadap dollar AS. Angka ini lebih rendah daripada pelemahan mata uang negara tetangga seperti peso Filipina, dong Vietnam, baht Thailand, dan ringgit Malaysia.
"Rupiah kita dalam posisi yang relatif baik depresiasinya, meskipun orang Indonesia biasanya lihatnya nominal," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Oktober 2023, Rabu (25/10/2023).
Baca juga: BFIN Berhasil Membukukan Pembiayaan Baru Sebesar Rp14,5 Triliun
Menurut Sri Mulyani, penguatan dollar AS dipicu oleh kenaikan suku bunga dan yield obligasi pemerintah AS, yang membuat investor beralih dari pasar keuangan negara berkembang ke pasar keuangan AS.
Hal ini menyebabkan capital outflow dari Indonesia, yang mencapai Rp 43,6 triliun hingga 23 Oktober.
Baca juga: CBI dan SSMS akan Rampungkan Pertukaran Saham Rp 3,45 Triliun di CBUT
Sri Mulyani menambahkan, pemerintah terus melakukan langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, seperti mengoptimalkan penerimaan negara, mengendalikan belanja negara, dan meningkatkan koordinasi dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
(red)
Editor : Fuart