SURABAYA — Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya, Achmad Nurdjayanto, menyoroti pentingnya percepatan penanganan sumbatan-sumbatan saluran air dan drainase di sejumlah titik kota menjelang puncak musim hujan. Ia berharap, berbagai persoalan genangan yang masih terjadi bisa segera tertangani secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Baca juga: Dari Aktivisme ke Parlemen, Arif Fathoni Buktikan Politik Jadi Ladang Pengabdian
Keberadaan sumbatan di saluran air menjadi salah satu penyebab utama genangan di beberapa wilayah, seperti Surabaya Timur, Kalianak, Krembangan, dan sebagian kawasan Surabaya Barat.
“Sumpatan-sumpatan di titik-titik itu harus segera dibersihkan. Jika dikerjakan secara langsung dan rutin, genangan bisa dikendalikan dengan baik,”tuturnya pada Warta Artik.id, Senin (03/11).
Politisi Muda dari Partai Golkar itu juga menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah kota dan masyarakat. Ia menilai, partisipasi aktif warga di tingkat RT, RW, dan kelurahan sangat dibutuhkan untuk melakukan pengawasan terhadap kondisi lingkungan sekitar, terutama pada pohon-pohon besar dan saluran air di musim hujan.
“Warga harus proaktif. Kalau ada pohon besar yang berpotensi tumbang atau saluran yang tersumbat, segera laporkan. Ini bagian dari upaya bersama menjaga keselamatan lingkungan,” katanya.
Achmad menambahkan, pemeliharaan pasca-normalisasi juga harus menjadi perhatian,banyak titik genangan yang sudah sempat tertangani justru kembali bermasalah karena kurangnya perawatan.
Baca juga: Golkar Surabaya Panaskan Mesin Politik, Arif Fathoni Singgung Ketua Gerindra Surabaya
“Ketika saluran sudah diperbaiki tapi tidak dirawat, lama-lama kembali menyempit karena endapan lumpur atau sampah. Maka selain proyek fisik, anggaran untuk perawatan dan pembersihan rutin juga harus ditambah,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil rapat bersama Pemerintah Kota Surabaya, target penyelesaian perbaikan drainase dan saluran air di seluruh wilayah ditetapkan hingga tahun 2027. Namun, beberapa proyek diharapkan sudah rampung lebih awal, yakni pada akhir 2025 hingga 2026.
“Banjir yang terjadi beberapa waktu lalu bisa menjadi alarm bagi kita semua, titik mana yang masih menjadi masalah. Daerah seperti Simokerto, misalnya, perlu diperhatikan karena salurannya belum terkoneksi dengan baik. Harapannya tahun depan sudah bisa dianggarkan dan dikerjakan,” tegasnya.
Baca juga: Golkar Surabaya Siap Lahirkan Pemimpin Baru, Tegaskan Bukan Partai Dinasti!
Diakhir pernyataannya Achmad Menyarankan,Penanganan genangan tidak cukup hanya membangun infrastruktur, tetapi juga memastikan sistem aliran air terhubung dari hulu hingga hilir agar air dapat mengalir lancar tanpa hambatan.
“Yang penting bukan hanya membangun, tapi memastikan konektivitas antar-saluran berjalan baik. Kalau air bisa mengalir dari hulu ke hilir tanpa hambatan, genangan akan jauh berkurang,” pungkasnya. (Rda)
Editor : rudi