29 Tahun Kudatuli: ProMeg Kenang Perjuangan dan Setia pada Ideologi Megawati

Reporter : rudi
Suasana FGD ProMeg di UNTAG Surabaya

SURABAYA- Di tengah semangat yang masih membara, para kader Pro-Megawati atau ProMeg kembali berkumpul di Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya, Sabtu (27/07), memperingati 29 tahun Tragedi Kudatuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli) 1996 sebuah titik balik perjuangan demokrasi di Indonesia.

Acara Forum Group Discussion (FGD) ini dihadiri oleh berbagai tokoh senior yang dahulu menjadi saksi sekaligus korban peristiwa Kudatuli, termasuk anggota DPRD Surabaya dari Komisi B, Baktiono. Ia mengungkapkan bahwa UNTAG dipilih sebagai lokasi karena memiliki nilai sejarah penting bagi gerakan ProMeg. 

Baca juga: Ketua Umum PKPI, Albert Riyadi Suwono Dikukuhkan Sebagai Doktor Ilmu Hukum

“Dulu tempat ini menjadi salah satu titik kumpul para pejuang ProMeg. Semula kita berencana diadakan di tempat lain, namun akhirnya diputuskan kembali ke sini, karena UNTAG adalah saksi sejarah,” tutur Baktiono.

ProMeg atau Pro-Megawati kala itu, bukanlah organisasi formal, bukan pula partai politik atau ormas. Namun, ia menjadi simbol dukungan murni terhadap Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI yang sah, dan kini menjadi cikal bakal lahirnya gerakan reformasi nasional.

“ProMeg ini tanpa bentuk, tapi orang-orangnya nyata. Mereka mendukung bukan untuk jabatan, tapi karena ideologi,” tegas Baktiono.

Dari 124 pejuang ProMeg di Jawa Timur saat itu, kini hanya tersisa 60 orang. Sebagian telah wafat, namun semangat mereka tidak pernah padam.

Baktiono pun menyambut baik usulan menjadikan Surabaya sebagai epicentrum pertemuan Promek ke-30 tahun depan. Ia menilai kota ini memiliki nilai historis yang kuat, dari kelahiran Bung Karno, gagasan awal Pancasila, hingga KLB Sukolilo 1993 yang mengukuhkan Megawati sebagai Ketua Umum.

Baca juga: Jaga Nilai Budaya, Untag Surabaya Gelar Wayang Kulit Peringati HUT RI dan Dies Natalis Ke-66

“Surabaya bukan sekadar kota, tapi tempat kelahiran ide-ide besar kebangsaan,” katanya.

Mas Andi Wijayanto yang turut hadir menyampaikan harapan agar semua yang ia lihat, dengar, dan rasakan dari pertemuan ini akan disampaikan langsung kepada Ibu Megawati. 

Para kader senior ProMeg menitipkan satu pesan penting: agar generasi muda tidak melupakan sejarah dan tetap menjaga semangat perjuangan.

Baca juga: Delegasi FPsi Unair Ikuti Program Pertukaran Mahasiswa di Asia University Taiwan

“Mereka ini adalah saksi zaman. Mengalami intimidasi dan represifnya rezim Orde Baru. Tapi karena satu derita, mereka menjadi satu kekuatan,” kata Baktiono.

Sebagai penutup, ia menegaskan kembali Ibu Megawati bukan hanya simbol partai, tetapi penjaga konstitusi dan pilar Pancasila yang tetap teguh pada jalurnya bahkan saat semua ketua partai politik lain tergoda agenda tiga periode Presiden Jokowi.

“Hanya Ibu Megawati yang tidak terganggu oleh kekuasaan. Karena bagi beliau, konstitusi adalah garis merah yang tidak boleh dilanggar,” pungkasnya. (Rda) 

Editor : rudi

Peristiwa
10 Berita Teratas Pekan Ini
Berita Terbaru