SURABAYA – Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Surabaya mencatat lonjakan signifikan dalam jumlah pemotongan hewan kurban pada Idul Adha 1446 Hijriah. Jika tahun lalu hanya 172 ekor sapi yang dipotong, tahun ini angkanya sudah tembus 189 ekor — dan masih berpotensi bertambah.
“Alhamdulillah, ada peningkatan tahun ini. Sampai hari ini sudah 189 ekor yang dipotong, dan pemotongan masih akan berlangsung hingga akhir hari tasyrik,” ujar Direktur Utama RPH Surabaya, Fajar A. Isnugroho,pada warta Artik.id Jumat (06/06).
Baca juga: Komisi B DPRD Surabaya Tinjau RPU Jeruk, 40 Persen Fasilitas dan Akses Jalan perlu dibenahi
Fajar optimistis jumlah total akan menyentuh kisaran 190-an ekor, apalagi masih ada dua hari tersisa, yaitu Minggu dan Senin.
Menariknya, meski jumlah pemotongan meningkat, angka penjualan sapi kurban melalui RPH justru mengalami penurunan. Tahun ini hanya 75 ekor sapi yang terjual, turun dari 137 ekor pada tahun sebelumnya.
Meski begitu, Fajar menilai tren ini tetap positif. Menurutnya, masyarakat kini lebih memilih memanfaatkan jasa pemotongan yang lebih higienis dan efisien daripada menyembelih sendiri.
Baca juga: RPH Surabaya Kembangkan Program Niaga untuk Tingkatkan Dividen ke Pemkot Surabaya.
“Ini menunjukkan kesadaran masyarakat semakin tinggi untuk memotong di tempat yang bersih dan aman. Banyak yang merasa lebih nyaman di RPH karena tak perlu repot mengurus cucian jerohan atau bau yang bisa mengganggu lingkungan sekitar,” jelasnya.
Fajar juga menyebut momen Idul Adha yang jatuh pada hari Jumat turut memberi pengaruh. “Hari Jumat itu waktunya sempit untuk menyembelih sendiri. Makanya banyak yang memilih serahkan ke RPH. Hari ini saja kami potong 50 ekor, dan target kami bisa capai 70 ekor per hari,” ungkapnya.
Baca juga: Legislator PAN, dr. Zurotul Mar'ah Apresiasi RPH dalam Laporan di Komisi B DPRD Kota Surabaya
Tak hanya fokus pada pemotongan, RPH Surabaya juga mempercepat distribusi daging ke warga. “Kami pastikan sebelum Maghrib, daging sudah sampai ke tangan masyarakat agar bisa langsung dikonsumsi,” tambahnya.
Mengenai penurunan penjualan sapi, Fajar tak terlalu khawatir. Ia menilai hal itu sebagai dinamika tahunan. “Permintaan memang bisa naik turun. Tahun lalu mungkin pengaruh suasana politik. Tapi yang penting, masyarakat tetap berkurban. Artinya daya beli dan semangat berbagi masih ada,” pungkasnya. (Rda)
Editor : rudi