SURABAYA – Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya, Ajeng Wira wati, Menekankan kebijakan pendidikan yang lebih inklusif, terutama terkait dengan pembiayaan pendidikan tinggi serta sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang diberlakukan oleh pemerintah pusat perlu diselaraskan dengan kemampuan ekonomi keluarga calon mahasiswa.
"Perguruan tinggi seharusnya bisa mempertimbangkan kondisi keuangan calon mahasiswanya. Dari sisi pemerintah kota, kami sudah memiliki program beasiswa tangguh yang bersumber dari APBD, serta dukungan lain seperti KIP dari Kemendikbud,” tutur Ajeng pada warta Artik.id Senin (27/05).
Baca juga: Sidak ke Sekolah, Abdul Ghoni Tekankan Pentingnya Pendidikan Karakter Cegah Perundungan
Kendati begitu, ia mengungkapkan bahwa bantuan tersebut belum dapat mencakup semua warga yang membutuhkan.
“Kuota beasiswa tangguh saat ini hanya 3.500 penerima. Tentu kami berharap jumlah ini bisa ditambah agar lebih banyak warga Surabaya yang mendapatkan bantuan pendidikan,” tambahnya.
Srikandi Politisi Partai Gerindra itu juga mengusulkan adanya kuota khusus bagi pemuda yang berkontribusi dalam pelestarian budaya daerah, seni tradisional seperti penari remo seharusnya mendapatkan dukungan yang setara dengan para penghafal Al-Qur’an, yang selama ini sudah memiliki jalur beasiswa tersendiri.
Baca juga: Dari Sekolah Hingga Drainase, Aspirasi Warga Pakal dan Benowo di Serap Agus Mashuri
“Anak-anak muda yang mencintai budaya lokal juga perlu diberi motivasi. Kami usulkan ada alokasi beasiswa khusus, asalkan mereka bisa lolos seleksi masuk di perguruan tinggi yang telah bermitra dengan Pemkot Surabaya,” jelasnya.
Ia menjelaskan Beasiswa ini diperuntukkan bagi pemuda ber-KTP Surabaya, belum menikah, aktif sebagai mahasiswa, dan telah lolos jalur seleksi. Bentuk bantuannya meliputi pembayaran UKT, uang saku bulanan, hingga tunjangan pendidikan lainnya.
Ajeng menyambut baik langkah Pemerintah Kota Surabaya yang telah menyalurkan beasiswa kepada 500 penerima, namun menyatakan angka tersebut belum cukup mengingat biaya kuliah yang semakin tinggi.
Baca juga: Serap Aspirasi Bertema Ideologi, Abdul Ghoni Teguhkan Komitmen Kebangsaan di Mulyorejo
“Program ini sangat dibutuhkan masyarakat. Tapi dengan kuota terbatas, belum semua yang membutuhkan bisa terbantu. Karena itu, kami mendorong adanya perluasan kuota serta penyusunan kategori baru penerima, seperti pelestari budaya dan hafiz Al-Qur’an, bukan hanya bagi warga dari keluarga kurang mampu,” tegasnya.
"Penerima beasiswa tetap harus memenuhi syarat akademik, salah satunya IPK minimal 3,0, agar program ini tepat sasaran dan mampu mencetak generasi yang unggul dan berdaya saing,"pungkas Ajeng Wira wati. (Rda)
Editor : rudi