SURABAYA | ARTIK.ID - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan beberapa hasil penting dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVII Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) 2024. Rakernas tersebut diadakan di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, pada tanggal 1-6 Juni 2024.
Pertama, Wali Kota Eri menyoroti pengembangan aplikasi. Ia menyatakan bahwa seluruh anggota APEKSI sepakat untuk tidak lagi mengembangkan aplikasi baru, tetapi memanfaatkan aplikasi yang sudah ada di kota lain untuk direplikasi.
Baca juga: Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Terbitkan SE untuk Cegah Penyebaran Mpox
"Seluruh kota tidak ada lagi yang mengembangkan aplikasi baru. Kita jadikan satu aplikasi yang ada di kota lain. Jika Surabaya tidak memilikinya, maka kita akan menggunakannya. Sebaliknya, jika Surabaya memilikinya dan kota lain tidak, maka mereka akan menggunakannya," kata Wali Kota Eri Cahyadi, Jumat (7/6/2024).
Ia menekankan bahwa pengembangan aplikasi ini akan diserahkan kepada APEKSI untuk dikoreksi bersama, dan kemudian disampaikan kepada kementerian terkait untuk revisi dan implementasi di seluruh kota di Indonesia. "Namun, kita akan menyesuaikan dengan geografis dan jumlah penduduk masing-masing kota," tambahnya.
Pada Rakernas di Balikpapan, Wali Kota Eri juga mengumumkan bahwa Surabaya terpilih sebagai tuan rumah Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) tahun 2025. Ia menyambut baik keputusan ini dan melihatnya sebagai peluang untuk menggerakkan ekonomi Surabaya.
"Insya Allah seperti yang kemarin hadir di Balikpapan sudah ribuan. Jadi, nanti di Surabaya kita akan menyiapkan hotel, tempat wisata, dan UMKM," kata Wali Kota Eri, yang juga Ketua APEKSI periode 2023-2025.
Selain itu, Wali Kota Eri juga menyampaikan beberapa rekomendasi yang diberikan anggota APEKSI kepada kementerian, salah satunya terkait dengan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).
"Kami menyampaikan bahwa semua tenaga honorer yang sudah masuk database harus bisa diangkat menjadi P3K," ujar mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini.
Baca juga: Anggota DPRD Kota Surabaya Terpilih Resmi Dilantik, Eri Cahyadi Minta Terus Berkolaborasi
Tak hanya itu, dalam Rakernas XVII APEKSI, juga dibahas mengenai transportasi massal. Wali Kota Eri mengungkapkan bahwa Mass Rapid Transit (MRT) sempat disinggung oleh Presiden Joko Widodo dalam acara pembukaan Rakernas APEKSI, di mana biaya pembangunan transportasi ini mencapai sekitar Rp2,3 triliun per kilometer.
"MRT itu satu kilometernya Rp2,3 triliun. Kalau APBD Surabaya digunakan untuk membangun MRT sepanjang 5 km, APBD akan habis, tidak ada dana untuk pengentasan kemiskinan. Itulah kenapa saya tidak ingin membangun MRT sebagai solusi mengatasi kemacetan di Surabaya," jelasnya.
Karena itulah, Wali Kota Eri tidak ingin membangun MRT sebagai solusi mengatasi kemacetan di Surabaya. Selain keterbatasan lahan, biaya pembangunan MRT juga sangat besar.
"Saya berpikir bahwa lahan tidak tersedia, dan kedua adalah biayanya yang mahal. Saya tidak akan mengorbankan Surabaya demi popularitas MRT," tegasnya.
Baca juga: Cegah Kasus Gagal Ginjal Anak, Eri Cahyadi Edukasi Pengawasan Jajanan Sekolah
Namun demikian, ada opsi penggunaan Advanced Rapid Transit (ART) sebagai solusi mengatasi masalah transportasi. Selain pembangunannya lebih mudah, biaya ART juga lebih murah dibandingkan dengan MRT dan LRT (Light Rail Transit).
"Kalau LRT biayanya Rp800 miliar per kilometer. Tapi ternyata ada ART, yang seperti MRT tetapi menggunakan magnet. Harganya Rp500-600 miliar untuk 7 kilometer. Saya langsung menyampaikan hal ini ke Kementerian Perhubungan," ungkapnya.
Menurutnya, transportasi ART ini pertama kali akan diterapkan di Ibu Kota Nusantara (IKN). Untuk itu, Wali Kota Eri berharap transportasi ART juga bisa diterapkan di Kota Pahlawan.
"Jadi, ART ini akan diterapkan di IKN, insya Allah Surabaya akan menjadi kota kedua. Kita sudah menghubungi Pak Menhub dan saya ingin meminta konsep beliau, nanti kita akan melakukan FS (Feasibility Study) di Surabaya. Semoga pembangunannya bisa dimulai pada 2025 atau 2026," pungkasnya.
Editor : Fudai