SURABAYA | ARTIK.ID - Dalam dunia fotografi, penguasaan eksposur menjadi dasar utama untuk menghasilkan citra yang berkualitas. Salah satu konsep fundamental yang perlu dipahami adalah segitiga eksposur (exposure triangle). Istilah segitiga eksposur ini juga banyak yang menyebut dengan segitiga cahaya.
Segitiga eksposur merupakan representasi visual dari tiga elemen krusial yang menentukan jumlah cahaya yang diterima sensor kamera, sehingga fotografer bisa mendapatkan hasil akhir dari kecerahan foto yang diinginkan.
Baca juga: Mengapa Fotografer Harus Memahami Crop Factor? Ini Alasannya
Ketiga elemen tersebut meliputi:
Aperture (bukaan lensa)
Aperture, sering disebut diafragma, berperan sebagai lubang pada lensa yang fungsinya mengatur volume cahaya yang masuk. Aperture dilambangkan dengan nilai f/ diikuti angka, seperti f/1.4, f/2.8, f/5.6, dan seterusnya.
Semakin kecil angkanya, bukaan lensa semakin besar, sehingga semakin banyak cahaya yang diizinkan masuk.
Shutter Speed (kecepatan rana)
Ini mengacu pada durasi rana kamera terbuka, lamanya sensor kamera menerima cahaya. Shutter speed dinyatakan dalam satuan detik. Semakin lama rana terbuka (shutter speed lambat - misal 1/30 detik), semakin banyak cahaya yang masuk.
Sebaliknya, semakin cepat rana tertutup (shutter speed cepat - misal 1/1000 detik), semakin sedikit cahaya yang captured.
ISO (Kepekaan cahaya sensor)
ISO menentukan sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi nilai ISO, semakin peka sensor kamera terhadap cahaya, memungkinkan Kamu memotret pada kondisi minim cahaya.
Baca juga: Pesona Arsitektur Eropa dan Cita Rasa Istimewa di Kafe 27 Kenjeran Surabaya
Namun perlu dicatat, semakin tinggi ISO, semakin besar pula noise (bintik-bintik yang tidak diinginkan) yang muncul pada foto.
Ketiga elemen ini saling terkait dan berinteraksi untuk menentukan eksposur foto Kamu secara keseluruhan.
Ketika Kamu mengubah satu elemen pengaturan, niscaya perlu dilakukan penyesuaian pada pengaturan elemen lainnya untuk mencapai eksposur yang optimal.
Beberapa ilustrasi penerapan segitiga eksposur dalam fotografi:
Menciptakan efek bokeh dalam fotografi potret.
Untuk menghasilkan shallow depth of field (area fokus yang sempit) dan efek blur pada latar belakang, Kamu dapat menggunakan aperture yang besar atau lebar yang ditunjukkan denang nilai kecil lebar (f/1.8 atau f/1.4).
Baca juga: Pesona Arsitektur Eropa dan Cita Rasa Istimewa di Kafe 27 Kenjeran Surabaya
Namun konsekuensinya, cahaya yang masuk pun menjadi lebih banyak. Untuk mengimbanginya, Kamu bisa menggunakan shutter speed yang lebih cepat (misalnya 1/250 detik) atau menurunkan ISO (misalnya ISO 100) agar foto tidak overexposure (terlalu terang).
Membekukan gerakan objek yang bergerak cepat, misalnya air terjun air terjun, burung yang sedang terbang, atau foto olahraga. Dalam situasi ini, diperlukan shutter speed yang sangat cepat (misalnya 1/400 sampai 1/400 detik) untuk "membekukan" gerakan tersebut.
Akan Tetapi dengan shutter speed cepat, cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Solusinya, Kamu bisa menggunakan aperture yang lebih lebar atau menaikkan ISO.
Dengan penguasaan yang baik terhadap segitiga eksposur dan bagaimana ketiga elemen tersebut bekerja, Kamu akan memiliki keleluasaan yang lebih besar dalam mengatur kamera untuk mewujudkan visi kreatif Kamu dalam sebuah foto.
Selamat bereksperimen! (red)
Editor : Fudai