SEMARANG - Terjadi antrean panjang kendaraan bermesin diesel saat mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Tengaran, Kabupaten Semarang, diduga hal itu merupakan imbas dari minimnya stok bio solar sejumlah SPBU di wilayah Kabupaten Semarang dan Salatiga, Sabt(16/10/2021)
Seorang sopir truk, Yuwono (36) warga Tengaran mengatakan, antrean saat mengisi BBM sudah terjadi sejak pekan lalu. Stok bio solar yang dimiliki sejumlah SPBU terbatas sehingga cepat habis.
"Solar sekarang langka, kondisi ini merata di sejumlah wilayah. Beberapa hari lalu saya dari Klaten sampai Salatiga tidak dapat solar, semua SPBU di sepanjang jalan dari Klaten hingga Salatiga kehabisan solar," ujar Yuwono.
(Baca Juga: Laka, Motor Lawan Dump Truk di Serdang, Korban Meninggal di Tempat)
Dia mengeluhkan minimnya stok bio solar di SPBU. Sebab kondisi ini sangat berpengaruh pada pekerjaannya sebagai sopir truk.
"Kalau tidak ada bio solar, mau berangkat kerja ya tidak bisa. Kalau mobil (truk) diisi dexlite, biaya operasional naik. Sementara harga jual pasir dan material lainnya tidak bisa serta merta naik," ujarnya.
Sopir truk lainnya, yakni Edi (39) waga Sumowono, Kabupaten Semarang mengatakan, minimnya stok bio solar di SPBU membuat sopir truk kebingungan. Para sopir harus mencari solar dulu sebelum berangkat ke lokasi tambang pasir.
"Kalau tidak dapat solar terpaksa balik ke rumah, tidak jadi kerja. Sebab kalau nekat berangkat, bisa kehabisan solar di jalan. Itu pernah saya alami, akhirnya terpaksa mengisi BBM dengan dexlite. Akibatnya saya pulang tidak membawa uang,” kata Edi.
Dikatakannya, meskipun kondisi di lapangan seperti itu, namun sopir truk tidak bisa serta merta menaikkan harga jual material. Jika harga dinaikkan, tentunya konsumen tidak mau.
"Kalau kondisi ini berlangsung lama, akan berpengaruh pada usaha material. Kami mohon pemerintah bisa menanggapi keluhan kami," ucapnya.
Petugas salah satu SPBU di Salatiga, Joko menuturkan, sekarang pasokan solar dari Pertamina dibatasi. SPBU tempatnya bekerja hanya mendapat jatah bio solar sebanyak 2.500 liter per hari. Dia mengaku tidak mengetahui penyebab pembatasan pasokan.
“Kalau sudah habis, ya tidak bisa melayani konsumen," ucapnya. (lin)
Editor : Fudai