GIANYAR | ARTIK. - Di tengah gemerlapnya pariwisata di Desa Tulikup, Gianyar, terdapat sebuah kisah mistis yang menjadi daya tarik tersendiri. Kuburan China berusia 450 tahun menjadi bukti kehadiran tokoh China pertama yang datang ke Tulikup, Gianyar.
Pengelola Aggro Wisata Desa Tulikup, I Wayan Weda, didampingi oleh I Made Meranggi, mengungkapkan kisah menarik ini saat ditemui pada Selasa, 9 April 2024, di kawasan Agro Wisata Tulikup Gianyar.
Baca juga: Desa Sidan Menjadi Pencontohan Pertanian Organik, Kolaborasi Dinas Pertanian Kabupaten dan Provinsi
"Waktu kecil saya sering melihat kuburan ini saat bermain di sekitar sawah. Sekarang, setelah bertahun-tahun, kuburan itu masih ada dan terawat dengan baik," ungkap Wayan Weda yang kini berusia 56 tahun.
Dengan upaya pengembangan Desa Agro, mereka mulai menyelidiki lebih lanjut dan menemukan bahwa masih ada keluarga yang merawat kuburan tersebut dengan penuh kasih sayang, bahkan menabur bunga setiap tahun sebagai penghormatan kepada leluhur mereka.
Menurut cerita yang disampaikan oleh sesepuh keluarga tersebut, tokoh yang terkubur di kuburan tersebut pertama kali tinggal di desa Tulikup pada sekitar tahun 1845. Meski berasal dari China, dia menjadi abdi di desa tersebut pada masa kerajaan.
Namun, setelah meninggal dunia, ada banyak hambatan yang dihadapi oleh keluarganya. Hingga pada akhirnya, atas petunjuk sesepuh mereka, jenazahnya dipindahkan dari tempat asalnya ke kawasan Tulikup yang sekarang.
Baca juga: Pameran Dagang Lokal, IKM Kerajinan Memikat Perhatian Masyarakat, Disperindag Gianyar Sukses digelar
Proses pemindahan tersebut tidaklah mudah. Bahkan, tali yang digunakan untuk mengangkat peti jenazahnya sering putus, seolah-olah alam menginginkan agar jenazah itu tetap berada di tempatnya.
Dengan kuburan yang sudah berusia ratusan tahun ini, pengelola berharap dapat menjadikannya sebagai destinasi wisata yang dapat berkembang dengan baik. Mereka sudah berkomitmen untuk menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan sekitar.
Selama beberapa hari tinggal di sana, pengelola sering mendapatkan petunjuk melalui mimpi, termasuk tuntunan dari leluhur yang beragama Buddha. Mimpi-mimpi tersebut memberikan mereka arahan untuk merawat tempat tersebut dengan penuh rasa hormat.
Baca juga: Komunitas terapi Fohoway kerjasama dengan Agrowisata Tulikup menggelar event "tebar manfaat”
Namun, ada pantangan yang harus dihormati oleh pengunjung, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan perempuan yang sedang menstruasi tidak diperkenankan berkunjung, karena dianggap sakral.
Dengan izin dari keluarga yang merawat kuburan tersebut, pengelola yakin bahwa wisata Agro di Desa Tulikup akan berkembang pesat. Mereka merasa nyaman dengan keberadaan kuburan tersebut, seolah-olah berada di rumah sendiri, dengan segala pesona dan misterinya.(*)
Editor : LANI