Harliantara Presiden FDRI, Rayakan Keunikan Radio di Hari Radio Sedunia 2024

Reporter : Slow

SURABAYA | ARTIK.ID - Setiap tanggal 13 Februari, dunia memperingati Hari Radio Sedunia. Peringatan ini diinisiasi oleh UNESCO dan diadopsi oleh Majelis Umum PBB sebagai pengingat akan pentingnya radio, khususnya dalam menyediakan informasi, pendidikan, dan hiburan kepada masyarakat luas, Selasa (13/02/24).

Tema yang diangkat tahun ini, "Satu Abad Menginformasikan, Menghibur, dan Mendidik", mencerminkan kontribusi luar biasa radio selama seratus tahun terakhir.

Baca juga: Direktur Pascasarjana Unair Serahkan Awards Siaran Radio Berjejaring Terbaik Jawa Timur

Sejak ditemukan pada tahun 1895, radio telah menjadi sumber informasi vital, menghadirkan berita, peristiwa terkini, dan pengetahuan kepada masyarakat di seluruh dunia. Di Indonesia, radio memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan, menyebarkan berita dan membangkitkan semangat nasionalisme.

Associate Prof Dr.Drs. Harliantara, M.Si, Presiden Forum Diskusi Radio (FDR) Indonesia mengatakan Radio tidak akan pernah mati, dan keberadaannya harus disyukuri dimana Radio tetap eksis di era yang semakin canggih seperti saat ini.

Di era modern, radio terus beradaptasi, menghadirkan beragam program edukasi dan hiburan yang menjangkau berbagai kalangan, termasuk masyarakat di daerah terpencil. Keunikan radio, seperti aksesibilitas, mobilitas, dan interaktivitas, menjadikannya media yang digemari berbagai generasi.

“Kita harus berbenah diri seiring dengan perubahan zaman, apalagi sekarang sudah zaman digital,” ujar harliantara sekaligus Dekan Fikom Unitomo.

Meskipun teknologi komunikasi berkembang pesat, radio tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. Di tengah era digital, radio tetap menjadi sumber informasi terpercaya, platform edukasi yang efektif, dan media hiburan yang digemari.

Harliantara kembali menegaskan bahwa dunia Radio harus bisa beradaptasi, sehingga tidak tertinggal, bahkan Pemerintah sudah melakukan pembaharuan untuk membangun radio digital terestrial di Indonesia.

“Orang-orang radio harus tetap belajar dan upgrading, jangan menganggap dengan digitalisasi dapat membunuh radio konvensional,” tegasnya.

Dekan Fikom Unitomo Surabaya ini juga berharap terhadap para pengelola radio agar dapat memperkenalkan Radionya di era digitalisasi dimana Radio juga berperan penting dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Radio menjembatani berbagai perbedaan budaya, bahasa, dan geografis, memungkinkan masyarakat untuk saling terhubung dan memahami satu sama lain.

“Jika medianya semakin luas maka keberadaan Radio itu akan semakin dikenal oleh dunia,” tutupnya.

Editor : Natasya

Peristiwa
10 Berita Teratas Pekan Ini
Berita Terbaru