BANYUWANGI | ARTIK.ID - De Djawatan Benculuk adalah sebuah kawasan hutan di Banyuwangi yang menawarkan pengalaman wisata alam yang berbeda dari yang lain. Di sini, Anda dapat merasakan suasana hutan yang sejuk, tenang, dan sedikit mistis. Pasalnya, pepohonan di De Djawatan Benculuk sangat lebat dan rindang, sehingga cahaya matahari sulit menembus ke dalam hutan.
Hutan De Djawatan Benculuk terletak di Desa Purwosari, Kecamatan Benculuk, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Hutan ini memiliki sejarah yang panjang, sejak zaman penjajahan Belanda. Dahulu, hutan ini bernama Taman Jawatan, dan merupakan tempat penanaman dan penimbunan kayu jati. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, hutan ini berubah fungsi menjadi salah satu destinasi wisata alam di Banyuwangi.
Baca juga: Film Serial Adaptasi Novel Berjudul Gadis Kretek Bakal Tayang di Netflix
Salah satu daya tarik dari hutan De Djawatan Benculuk adalah pohon-pohon jati yang sudah berusia ratusan tahun. Pohon-pohon ini memiliki bentuk yang unik dan artistik, seolah-olah membentuk sebuah kota kayu. Beberapa pohon bahkan memiliki lubang besar di batangnya, yang bisa dimasuki oleh pengunjung. Selain itu, hutan ini juga memiliki spot-spot foto yang instagramable, seperti jembatan kayu, ayunan, dan rumah pohon.
Bagi Anda yang ingin berkunjung ke hutan De Djawatan Benculuk, Anda perlu membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000 per orang. Hutan ini buka setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 17.00 WIB. Anda juga bisa menyewa tenda atau villa di sekitar hutan jika ingin menginap lebih lama.
Hutan De Djawatan Benculuk adalah tempat yang cocok bagi Anda yang ingin menikmati keindahan alam dan suasana hutan yang magis. Di sini, Anda bisa melupakan sejenak kesibukan dan kebisingan kota, dan bersantai di tengah-tengah pepohonan yang hijau dan teduh.
De Djawatan Benculuk dilengkapi dengan fasilitas jalan tanjakan untuk pengunjung yang ingin berkeliling menyusuri hutan. Selain itu, De Djawatan Benculuk juga dilengkapi dengan rerumputan lembut yang bisa digunakan untuk bersantai saat liburan akhir pekan.
De Djawatan Benculuk adalah salah satu destinasi wisata alam yang menawarkan keindahan hutan trembesi yang berusia ratusan tahun. Kawasan ini sangat terawat dan bersih, sehingga pengunjung dapat menikmati pemandangan alam yang masih alami dan segar.
Selain itu, De Djawatan Benculuk juga menyediakan berbagai fasilitas dan aktivitas yang dapat dinikmati oleh pengunjung, salah satu aktivitas yang dapat dilakukan di De Djawatan Benculuk adalah bermain flying fox, yang akan memberikan sensasi terbang di atas hutan trembesi.
Baca juga: Eri Cahyadi Cek Kesiapan Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar Sebelum Diresmikan
Pengunjung juga dapat naik dokar atau mobil mini untuk menjelajahi kawasan hutan De Djawatan Benculuk. Selain itu, ada juga lokasi khusus yang menjadi habitat kelelawar di hutan De Djawatan Benculuk.
Pengunjung juga bisa berjalan-jalan dan mengamati kehidupan kelelawar di hutan De Djawatan Benculuk atau jika beruntung dapat berfoto bersama beberapa kelelawar di sana. Bahkan, pengunjung dapat mendengar suara kelelawar ketika mereka sedang terbangun.
De Djawatan Benculuk tidak hanya menjadi habitat kelelawar, tetapi juga menjadi hutan lindung milik KPH Banyuwangi yang mengembangbiakkan pohon trembesi. Jika berkunjung ke De Djawatan Benculuk, pengunjung akan melihat adanya Tempat Penimbunan Kayu (TPK) dari hasil hutan milik Perhutani di kawasan Banyuwangi.
Pohon trembesi di De Djawatan Benculuk merupakan peninggalan Belanda yang masih hidup dan dilindungi hingga saat ini. Pohon trembesi di De Djawatan Benculuk semakin terlihat menawan karena ditumbuhi oleh tanaman pakis yang hidup bersimbiosis di sebagian besar batangnya.
Baca juga: Fashion Festival dalam Hutan, di De Djawatan Banyuwangi Tidak Biasa
Keberadaan tanaman pakis tersebut membuat suasana di hutan De Djawatan Benculuk semakin terasa magis dan mirip dengan lokasi dalam film Lord of The Ring yang terdapat beberapa adegan berlokasi di hutan yang berusia ratusan tahun.
Hutan tersebut memiliki cahaya yang sangat redup dan tampak sangat magis. Hal ini disebabkan oleh adanya pepohonan besar yang ditumbuhi oleh pakis dan dikelilingi oleh batu-batu besar.
Hutan dalam film Lord of The Ring bahkan diselimuti oleh kabut yang cukup pekat dan membuat jalan sekitarnya hampir tidak tampak, begitupun dengan Hutan De Djawatan Benculuk.
(diy)
Editor : Fudai