BANYUWANGI | ARTIK.ID - Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak lepas dari peristiwa Puputan Bayu yang terjadi di wilayah Kecamatan Songgon saat ini. Untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah bertempur pada tahun 1771 - 1772 tersebut, warga Desa Bayu menggelar tasyakuran dan doa bersama, di Telaga Rowo Bayu, Kecamatan Songgon, Sabtu (17/12).
Ratusan warga antusias mengikuti doa bersama secara khidmat, selain itu dalam acara tersebut juga dibacakan sinopsis perang puputan bayu dalam bahasa using. diakhiri acara seluruh warga melarung dawet/cendol ke telaga bayu sebagai pertanda ucapan syukur pada hari jadi Banywangi.
Baca juga: Ipuk Fiestiandani Fasilitasi Lulusan SMK Banyuwangi Berwirausaha dengan Bantuan Alat Usaha
Wakil Bupati Banyuwangi Sugirah yang hadir secara lansung mengapresiasi seluruh warga Desa Bayu secara rutin menggelar doa bersama ditempat yang bersejarah bagi Banyuwangi.
"Kami pemkab banyuwangi mengapresiasi dan berterimakasih karena acara ini terus digelar di tempat yang bersejarah cikal bakal banyuwangi," Kata Wabup.
“malam ini selain kita mendokan para pahlawan yang telah berjuang, mari kita berdoa supaya Banyuwangi tetap rukun, sehat dan ekonominya terus tumbuh,” pungkasnya
Pemilihan Rowo Bayu sebagai tempat tasyakuran dan doa bersama karena pada rentang waktu 1771 - 1772 menjadi saksi bisu kegigihan rakyat Blambangan yang dipimpin Pangeran Rempeg Jogopati, Patih Jaga Lara, Sayu Wiwit mempertahankan tanah airnya dari gempuran penjajah. Bangsa Belanda meyakini perang ini sebagai perang yang paling kejam dan meminta banyak korban jiwa.
Baca juga: Banyuwangi Festival 2024, Ipuk Fiestiandani Sebut Barong Kumbo sebagai Wadah Berkreasi
Dari rangkaian perjuangan itulah, lantas menjadi momentum lahirnya Kabupaten Banyuwangi. Tepatnya pada 18 Desember 1771 terjadi pertempuran besar antara Kerajaan Blambangan melawan penjajah. Peristiwa heroik itulah yang dijadikan momentum hari lahir Banyuwangi.
Berdasarkan cerita tersebut, DPRD Banyuwangi pada sidangnya tanggal 9 Mei 1995 secara aklamasi menetapkan 18 Desember sebagai hari jadi Banyuwangi.
Kepala Desa Bayu, Sugito menjelaskan kegiatan tasyakuran dan doa bersama ini sudah digelar sejak jaman nenek moyang sebagai wujud rasa syukur warga Desa Bayu yang masih hidup sebagai penyintas sejarah perang puputan bayu tahun 1771.
Baca juga: Sandiaga Uno Kembangkan Paket Wisata 3B untuk Pariwisata Internasional Banyuwangi
"Acara ini bagi kami hukumnya wajib karena sudah digelar sejak jaman nenek moyang kami, yang dulu awalnya digelar oleh orang - orang yang selamat usai perang puputan bayu" Jelasnya
(ara)
Editor : Fuart