SURABAYA – Suasana reses anggota Komisi D DPRD Surabaya, Zuhrotul Mar’ah, pada Selasa (09/09) di Gedung Serba Guna RW 06 Tambak Asri, Morokrembangan, berubah menjadi forum keluh kesah warga. Mereka menyuarakan keresahan atas dampak normalisasi Kali Anak yang tak kunjung menemukan titik terang.
Baca juga: Serap Aspirasi Warga, Muhaimin Soroti Kendala Administrasi di Wilayah Bendul Merisi
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat namun kritis itu, warga menyampaikan kekhawatiran mendalam soal dampak sosial dari proyek normalisasi yang dikhawatirkan bakal menggusur pemukiman mereka.
“Jangan sampai tim normalisasi keluyuran dan menandai rumah warga sebelum ada keputusan resmi dari hearing. Warga butuh kepastian, bukan tekanan,” tegas Sumariyono, Ketua Aliansi Warga Terdampak Sungai Kalianak.
Sumariyono juga mengkritik pembatalan mendadak agenda hearing DPRD yang sebelumnya dijadwalkan pada 1 dan 2 September. Hingga kini, belum ada kepastian kapan pertemuan penting itu akan dijadwalkan ulang.
“Pemimpin seharusnya datang membawa solusi, bukan sekadar instruksi. Jangan hanya rakyat yang diminta menurunkan ego, sementara pemerintah diam,” tambahnya.
Menanggapi kegelisahan warga, Zuhrotul Mar’ah menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat terdampak.
“Kita perlu data real di lapangan agar intervensi pemerintah bisa tepat sasaran. Ini akan kami bawa ke rapat lintas komisi. Komisi C dulu, lalu ke Komisi D,” jelas politisi dari PAN tersebut.
Baca juga: Abdul Malik Dukung Wali Kota Surabaya Tindak Tegas Pungli, Dorong Reformasi Layanan Publik
Zuhrotul juga menggarisbawahi bahwa hak atas tempat tinggal dan pendidikan merupakan hak dasar warga negara yang harus dilindungi dalam setiap kebijakan pemerintah.
“Negara wajib hadir dan memastikan rakyatnya tidak jadi korban dalam proses pembangunan,” tegasnya.
Meski dilanda keresahan, warga Tambak Asri tak menolak pembangunan. Mereka hanya meminta satu hal: proyek normalisasi tak mengorbankan kehidupan mereka.
Baca juga: Abdul Malik Bawa Spirit Kemanusiaan dalam Reses DPRD Surabaya
“Air bisa tetap mengalir, tapi biarkan kami hidup tenang di rumah sendiri, seperti dulu,” tutup Sumariyono penuh harap. (Rda)
Editor : rudi