BALI | ARTIK.ID - Di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster dan Wakil Gubernur Cok Oka Sukawati, Bali terus berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan kekayaan budaya lokal yang menjadi identitas pulau ini. Melalui visi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali," pembangunan Bali diarahkan untuk menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya. Salah satu tonggak peradaban yang menjadi perhatian utama adalah memuliakan bahasa, aksara, dan sastra Bali.
Memuliakan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali
Keberadaan bahasa, aksara, dan sastra Bali memiliki peran yang sangat mendasar dan vital bagi identitas dan kekayaan budaya Bali. Bahasa, aksara, dan sastra Bali bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga merupakan warisan budaya yang otentik, kaya, unik, dan unggul. Menyadari pentingnya hal ini, Gubernur Bali Wayan Koster melakukan upaya serius dan nyata untuk memuliakan bahasa, aksara, dan sastra Bali, yang diatur melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018.
Implementasi Kebijakan
Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 menetapkan bahwa kantor pemerintah, swasta, dan fasilitas umum harus menggunakan aksara Bali pada posisi yang lebih tinggi dari aksara Latin. Kebijakan ini bertujuan untuk mengangkat kembali nilai-nilai luhur budaya Bali dan memastikan bahwa bahasa dan aksara Bali tetap hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi.
Gubernur Wayan Koster menyatakan, "Kebijakan ini adalah bentuk nyata dari komitmen kami untuk melestarikan dan memuliakan warisan budaya Bali. Kami ingin memastikan bahwa bahasa, aksara, dan sastra Bali tidak hanya dikenal oleh generasi sekarang, tetapi juga diwariskan kepada generasi mendatang."
Dukungan dari Masyarakat
Baca juga: I Made Budiasa Sambut Baik Ucapkan Selamat Untuk Pasangan Koster-Giri dan Paket AMAN di Pilkada 2024
Kebijakan ini mendapat dukungan luas dari masyarakat Bali, termasuk dari para tokoh dan budayawan. I Made Degung, penerima Anugerah Bali Kerthi Nugraha Mahottama 2022, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Gubernur Bali Wayan Koster. "Saya mengucapkan terima kasih tak terhingga terhadap pemikiran Bapak Gubernur Bali, Wayan Koster. Beliau sungguh-sungguh ingin melestarikan Bali agar tidak punah. Kalau budaya Bali dan sastra Bali sampai punah, tidak akan lagi disebut sebagai Bali dan pasti jadi sepi. Bali seolah-olah mati karena Bali hidup karena budaya. Terima kasih banyak Bapak Gubernur Bali Wayan Koster," ujar I Made Degung.
Dampak Positif
Sejak diberlakukannya kebijakan ini, terlihat peningkatan kesadaran dan kebanggaan masyarakat Bali terhadap bahasa, aksara, dan sastra mereka. Banyak sekolah dan institusi pendidikan yang mulai mengintegrasikan pembelajaran bahasa dan aksara Bali dalam kurikulum mereka. Selain itu, berbagai kegiatan dan festival budaya yang mengangkat tema bahasa dan sastra Bali juga semakin marak diselenggarakan.
Baca juga: I Made Budiasa Sambut Baik Ucapkan Selamat Untuk Pasangan Koster-Giri dan Paket AMAN di Pilkada 2024
Harapan ke Depan
Dengan memuliakan bahasa, aksara, dan sastra Bali, Bali diharapkan bisa terus menjaga identitas budaya dan spiritualitasnya. "Kami berharap kebijakan ini bisa menjadi teladan bagi daerah lain di Indonesia, bahwa menjaga dan melestarikan bahasa dan budaya lokal adalah hal yang sangat penting untuk menjaga harmoni dan kesejahteraan masyarakat," kata Gubernur Wayan Koster.
Kepemimpinan Gubernur Wayan Koster dan Wakil Gubernur Cok Oka Sukawati telah membawa Bali menuju era baru yang penuh dengan keharmonisan dan kesejahteraan. Melalui berbagai kebijakan yang memuliakan bahasa, aksara, dan sastra Bali, Bali tidak hanya menjaga warisan budaya dan spiritualnya, tetapi juga memperkuat identitas masyarakatnya. Dengan terus menjaga dan mengembangkan nilai-nilai budaya lokal, Bali akan tetap menjadi pulau yang penuh dengan berkah dan kedamaian untuk generasi mendatang.(*)
Editor : LANI